13 Juli 2015

CARA BLOKIR SITUS JAHAT

Cara memblokir situs web tanpa software
Kebutuhan untuk memblokir situs-situs tertentu mungkin bisa timbul karena
berbagai alasan. Orangtua mungkin ingin tahu bagaimana cara untuk
memblokir situs-situs untuk menjaga anak-anak agar tidak menjelajah konten
dewasa atau yang tidak pantas tertentu. Sementara itu untuk perusahaan,
mungkin juga perlu memblokir situs-situs tertentu yang dianggap tidak etis.
Ada beberapa perangkat lunak dan aplikasi yang bisa digunakan untuk
memblokir situs. Namun dalam artikel kali ini, kita akan membahas
tentang bagaimana cara memblokir situs tanpa menggunakan software
apapun.
Berlaku untuk semua Browser
Buka Windows Explorer
‡“
Buka drive C: buka folder Windows. Didalam folder Windows, klik dua kali pada
System32, dan cari folder driver. Dialam folder driver, arahkan ke folder etc .
Path :
C : ‡’ Windows ‡’ System32 ‡’Driver ‡’ Etc
Dalam kasus jika sistem operasi komputer diinstal pada drive selain C, cari
dan navigasi folder diatas.
‡“
Klik dua kali Host file , dan pilih opsi notepad di jendela yang terbuka .
‡“
Lanjutkan ke baris terakhir dalam file Host, dan buat baris baru .
Baris terakhir yang ada harus :: 1 local host .
‡“
Ketik 127.0.0.1 dan diikuti dengan nama situs web yang ingin diblokir.
Misalnya, untuk memblokir facebook.com , maka Anda akan harus
mengetikkan 127.0.0.1 www.facebook.com
‡“
Ulangi proses yang sama untuk setiap website yang perlu diblokir .
‡“
Simpan file dan menutupnya.
‡“
Situs-situs yang Anda masukkan sekarang sudah diblokir .

Internet Explorer
Buka Internet Explorer
‡“
Pada Menu bar, klik Tools .
‡“
Klik Internet Options dari daftar menu drop-down. Kemudian jendela baru akan
muncul .
‡“
Klik tab Content, dan Aktifkan opsi Content Advisor . Kemudian Jendela
Content Advisor akan terbuka .
‡“
Klik tab Aproved sites.
‡“
Anda akan menemukan kotak Allow this website . Masukkan alamat web yang
ingin Anda blokir, dan kemudian klik Never .
Jika Anda ingin memblokir situs secara permanen, awali dengan * .
‡“
Sekarang , klik tab General di jendela Content Advisor .
‡“
Check Users can see websites that have no rating dan klik Apply dan OK .
‡“
Untuk memberikan sandi , klik pilihan Create Password .
‡“
Set password dan petunjuk bertujuan demi keamanan .
‡“
Masukkan website yang akan berhasil diblokir !
Google Chrome
Untuk memblokir setiap situs web di chrom, langkah pertama adalah untuk
men-download ekstensi Blockit.
‡“
Kemudian, buka tab baru di krom dengan mengetik chrome :/ / extensions / di
address bar. Anda akan menemukan ekstensi “Blockit” yang terdaftar di sana .
‡“
Klik Opsi di ekstensi Blockit .
‡“
Anda akan diminta untuk memasukkan password. Namun jika Anda melakukan
prosedur untuk pertama kalinya, tidak dibutuhkan memasukkan password
apapun. Anda dapat langsung klik Login -in .
‡“
Jendela New site block akan terbuka .
‡“
Masukkan alamat situs web yang Anda inginkan untuk diblokir. Setelah
memasukkan alamat situs, klik opsi Block .
‡“
Dalam rangka untuk mengatur password, pergi ke halaman ekstensi Blockit
dan klik pilihan Change Password .
‡“
Anda akan diminta untuk memasukkan password baru. Setelah melakukannya,
klik Change .
‡“
Situs yang diblokir tidak dapat lagi diakses .
Firefox
Mozilla Firefox menawarkan plugin yang bernama FoxFilter untuk memblokir
situs, dan Anda perlu untuk men-downloadnya.
‡“
Buka menu Tools dan arahkan ke FoxFilter Preferences .
‡“
Ketika jendela FoxFilter Preferences telah terbuka , klik opsi Mode . Pilihan
enable /disable Aktifkan akan muncul. Centang kotak Enable Filtering dan
simpan perubahan.
‡“
Buka tab Black list di halaman preferensi.
‡“
Jika Anda scrool ke bawah pada halaman, Anda akan menemukan jendela
Block these Keywords & Websites.
‡“
Anda dapat memasukkan alamat situs dan kata kunci yang ingin Anda blok.
Setelah memasukkan alamat web, klik Save Changes .
‡“
Anda sekarang telah berhasil memblokir situs .
Safari
Masuk ke Mac sebagai administrator .
‡“
Buka System Preferences dan pilih opsi Parental Controls .
Dalam hal ini terdapat beberapa account pengguna, dan Anda diminta untuk
memilih salah satu yang Anda ingin atur pembatasannya.
‡“
Klik opsi Content .
‡“
Masukkan alamat situs yang ingin Anda blok di dalam kotak yang disediakan .
‡“
Anda mungkin juga perlu untuk memasukkan situs web yang memungkinkan
didalam kotak tertentu.
‡“
Tutup semua jendela. Perubahan setelan secara otomatis akan disimpan .
‡“
Anda tidak dapat mengakses situs yang telah diblokir .
Mudah-mudahan penjelasan tentang cara untuk memblokir situs di web
browser yang berbeda tanpa software diatas bisa bermanfaat.

21 Februari 2015

YASINAN DAN TAHLILAN

TRADISI YASINAN DAN TAHLILAN Kaum Muslimin di Indonesia meyakini bahwa Islam disebarkan di Nusantara oleh para ulama yang alim dalam hal ilmu agama. Berdasarkan kealiman mereka, yang sudah barang tentu melebihi kealiman orang-orang sekarang, mereka melakukan inovasi dan melestarikan tradisi-tradisi Islam yang berlangsung hingga sekarang, seperti tradisi Yasinan, Tahlilan 7 hari, 40 hari, 100 hari, 1000 hari dan lain-lain. Hanya saja karena umat Islam Nusantara, tidak pernah mempersoalkan dalil-dalil teradisi amaliah Islami tersebut, para ulama kita jarang sekali menjelaskan dalil-dalil tradisi tersebut. Belakangan setelah fitnah kaum Wahabi mulai masuk ke Nusantara, mulai terjadi gugatan terhadap beragam tradisi yang telah berkembang sebelumnya. Kaum Wahabi beralasan, bahwa tradisi tersebut tidak memiliki dalil. Padahal sebagaimana kita maklumi, kaum Wahabi-lah yang paling miskin dalil. Akan tetapi setelah para ulama kita menjelaskan dalil-dalil tradisi tersebut, kaum Wahabi masih berkilah, “Itu mendalili amal, bukan mengamalkan dalil.” atau itu ajaran hindu...apakah mungkin orang hindu berzikir kalimat lailahailallah....itu namanya fitnah...Tentu saja, karena kaum Wahabi belum mampu menjawab dalil-dalil yang dikemukakan oleh para ulama. Mengamalkan dalil dan mendalilkan amal, selama dalilnya shahih, tidak ada bedanya. Berikut ini dalil-dalil bolehnya menetapkan waktu- waktu tertentu untuk melakukan kebaikan dan ibadah. 1) Dalil pertama, hadits Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma: ﻋَﻦْ ﺍﺑْﻦِ ﻋُﻤَﺮَ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻬُﻤَﺎ ﻗَﺎﻝَ ﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻳَﺄْﺗِﻲ ﻣَﺴْﺠِﺪَ ﻗُﺒَﺎﺀٍ ﻛُﻞَّ ﺳَﺒْﺖٍ ﻣَﺎﺷِﻴًﺎ ﻭَﺭَﺍﻛِﺒًﺎ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﻳَﻔْﻌَﻠُﻪُ . ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ “ Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu mendatangi Masjid Quba’ setap hari sabtu, dengan berjalan kaki dan berkendaraan.” Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu juga selalu melakukannya. (HR. al-Bukhari, [1193]). Hadits di atas menjadi dalil bolehnya menetapkan waktu-waktu tertentu secara rutin untuk melakukan ibadah dan kebaikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menetapkan hari Sabtu sebagai hari kunjungan beliau ke Masjid Quba’. Beliau tidak menjelaskan bahwa penetapan tersebut, karena hari Sabtu memiliki keutamaan tertentu dibandingkan dengan hari-hari yang lain. Berarti menetapkan waktu tertentu untuk kebaikan, hukumnya boleh berdasarkan hadits tersebut. Karena itu al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata: ﻭﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻋﻠﻰ ﺍﺧﺘﻼﻑ ﻃﺮﻗﻪ ﺩﻻﻟﺔ ﻋﻠﻰ ﺟﻮﺍﺯ ﺗﺨﺼﻴﺺ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﻳﺎﻡ ﺑﺒﻌﺾ ﺍﻷﻋﻤﺎﻝ ﺍﻟﺼﺎﻟﺤﻪ ﻭﺍﻟﻤﺪﺍﻭﻣﻪ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻭﻓﻴﻪ ﺃﻥ ﺍﻟﻨﻬﻲ ﻋﻦ ﺷﺪ ﺍﻟﺮﺣﺎﻝ ﻟﻐﻴﺮ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﺍﻟﺜﻼﺛﻪ ﻟﻴﺲ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺘﺤﺮﻳﻢ “ Hadits ini, dengan jalur-jalurnya yang berbeda, mengandung dalil bolehnya menentukan sebagian hari, dengan sebagian amal saleh dan melakukannya secara rutin. Hadits ini juga mengandung dalil, bahwa larangan berziarah ke selain Masjid yang tiga, bukan larangan yang diharamkan.” (Al-Hafizh Ibnu Hajar, Fath al-Bari, juz 3 hlm 69). 2) Hadits Sayidina Bilal radhiyallahu ‘anhu ﻭَﻋَﻦْ ﺃَﺑِﻲْ ﻫُﺮَﻳْﺮَﺓَ ﺭَﺿِﻲَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻨْﻪُ ﺃَﻥَّ ﻧَﺒِﻲَّ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ ﻟِﺒِﻼَﻝٍ ﻋِﻨْﺪَ ﺻَﻼَﺓِ ﺍﻟْﻔَﺠْﺮِ : « ﻳَﺎ ﺑِﻼَﻝُ ﺣَﺪِّﺛْﻨِﻲْ ﺑِﺄَﺭْﺟَﻰ ﻋَﻤَﻞٍ ﻋَﻤِﻠْﺘَﻪُ ﻓِﻲ ﺍْﻹِﺳْﻼَﻡِ ﻓَﺈِﻧِّﻲْ ﺳَﻤِﻌْﺖُ ﺩُﻑَّ ﻧَﻌْﻠَﻴْﻚَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ» ﻗَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﻋَﻤِﻠْﺖُ ﻋَﻤَﻼً ﺃَﺭْﺟَﻰ ﻋِﻨْﺪِﻱْ ﻣِﻦْ ﺃَﻧِّﻲْ ﻟَﻢْ ﺃَﺗَﻄَﻬَّﺮْ ﻃَﻬُﻮْﺭًﺍ ﻓِﻲْ ﺳَﺎﻋَﺔٍ ﻣِﻦْ ﻟَﻴْﻞٍ ﺃَﻭْ ﻧَﻬَﺎﺭٍ ﺇِﻻَّ ﺻَﻠَّﻴْﺖُ ﺑِﺬَﻟِﻚَ ﺍﻟﻄَّﻬُﻮْﺭِ ﻣَﺎ ﻛُﺘِﺐَ ﻟِﻲْ. ﻭَﻓِﻲْ ﺭِﻭَﺍﻳَﺔٍ : ﻗَﺎﻝَ ﻟِﺒِﻼَﻝٍ : « ﺑِﻢَ ﺳَﺒَﻘْﺘَﻨِﻲْ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﺃَﺫَّﻧْﺖُ ﻗَﻂُّ ﺇِﻻَّ ﺻَﻠَّﻴْﺖُ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ ﻭَﻣَﺎ ﺃَﺻَﺎﺑَﻨِﻲْ ﺣَﺪَﺙٌ ﻗَﻂُّ ﺇِﻻَّ ﺗَﻮَﺿَّﺄْﺕُ ﻭَﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺃَﻥَّ ﻟﻠﻪِ ﻋَﻠَﻲَّ ﺭَﻛْﻌَﺘَﻴْﻦِ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ « ﺑِﻬِﻤَﺎ» ﺃَﻱْ ﻧِﻠْﺖَ ﺗِﻠْﻚَ ﺍﻟْﻤَﻨْﺰِﻟَﺔَ ». ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ( 1149 ) ﻭﻣﺴﻠﻢ (6274 ) ﻭﺃﺣﻤﺪ ( 9670 ) ﻭﺍﻟﻨﺴﺎﺋﻲ ﻓﻲ ﻓﻀﺎﺋﻞ ﺍﻟﺼﺤﺎﺑﺔ (132 ) ﻭﺍﻟﺒﻐﻮﻱ ( 1011 ) ﻭﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ( 7085 ) ﻭﺃﺑﻮ ﻳﻌﻠﻰ ( 6104 ) ﻭﺍﺑﻦ ﺧﺰﻳﻤﺔ (1208 ) ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ . “ Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada Bilal ketika shalat fajar: “Hai Bilal, kebaikan apa yang paling engkau harapkan pahalanya dalam Islam, karena aku telah mendengar suara kedua sandalmu di surga?”. Ia menjawab: “Kebaikan yang paling aku harapkan pahalanya adalah aku belum pernah berwudhu’, baik siang maupun malam, kecuali aku melanjutkannya dengan shalat sunat dua rakaat yang aku tentukan waktunya.” Dalam riwayat lain, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Bilal: “Dengan apa kamu mendahuluiku ke surga?” Ia menjawab: “Aku belum pernah adzan kecuali aku shalat sunnat dua rakaat setelahnya. Dan aku belum pernah hadats, kecuali aku berwudhu setelahnya dan harus aku teruskan dengan shalat sunat dua rakaat karena Allah”. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Dengan dua kebaikan itu, kamu meraih derajat itu”.(HR. al-Bukhari (1149), Muslim (6274), al-Nasa’i dalam Fadhail al- Shahabah (132), al-Baghawi (1011), Ibn Hibban (7085), Abu Ya’la (6104), Ibn Khuzaimah (1208), Ahmad (5/354), dan al-Hakim (1/313) yang menilainya shahih.). Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam belum pernah menyuruh atau mengerjakan shalat dua rakaat setiap selesai berwudhu atau setiap selesai adzan, akan tetapi Bilal melakukannya atas ijtihadnya sendiri, tanpa dianjurkan dan tanpa bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.Ternyata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membenarkannya, bahkan memberinya kabar gembira tentang derajatnya di surga, sehingga shalat dua rakaat setiap selesai wudhu menjadi sunnat bagi seluruh umat. Dengan demikian, berarti menetapkan waktu ibadah berdasarkan ijtihad hukumnya boleh. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata ketika mengomentari hadits tersebut: ﻭﻳﺴﺘﻔﺎﺩ ﻣﻨﻪ ﺟﻮﺍﺯ ﺍﻻﺟﺘﻬﺎﺩ ﻓﻲ ﺗﻮﻗﻴﺖ ﺍﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ﻷﻥ ﺑﻼﻻ ﺗﻮﺻﻞ ﺇﻟﻰ ﻣﺎ ﺫﻛﺮﻧﺎ ﺑﺎﻻﺳﺘﻨﺒﺎﻁ ﻓﺼﻮﺑﻪ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ “ Dari hadits tersebut dapat diambil faedah, bolehnya berijtihad dalam menetapkan waktu ibadah. Karena sahabat Bilal mencapai derajat yang telah disebutkan berdasarkan istinbath (ijtihad), lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membenarkannya.” (Al-Hafizh Ibnu Hajar, Fath al- Bari, juz 3 hlm 34). 3) Hadits Ziarah Tahunan ﻋﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺇﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﻗﺎﻝ : ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻳﺄﺗﻲ ﻗﺒﻮﺭ ﺍﻟﺸﻬﺪﺍﺀ ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺱ ﻛﻞ ﺣﻮﻝ ﻓﻴﻘﻮﻝ ":ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺑﻤﺎ ﺻﺒﺮﺗﻢ ﻓﻨﻌﻢ ﻋﻘﺒﻰ ﺍﻟﺪﺍﺭ " ، ﻭﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻭﻋﻤﺮ ﻭﻋﺜﻤﺎﻥ “Muhammad bin Ibrahim berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu mendatangi makam para syuhada’ setiap tahun, lalu berkata: “Salam sejahtera semoga buat kalian sebab kesabaran kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” Hal ini juga dilakukan oleh Abu Bakar, Umar dan Utsman. (HR. al-Thabari dalam Tafsir-nya [20345], dan Ibnu Katsir dalam Tafsir- nya juz 4 hlm 453). Hadits di atas juga disebutkan oleh al-Hafizh Jalaluddin as-Suyuthi dalam Syarh al-Shudur hlm 185, dan ditentukan bahwa makam Syuhada yang diziarahi setiap oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Syuhada peperangan Uhud. Hadits ini dapat dijadikan dalil, tentang tradisi haul kematian setiap tahun. 4) Atsar Sayyidah Fathimah radhiyallahu ‘anha ﻋﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ ﻗﺎﻝ ﻛﺎﻧﺖ ﻓﺎﻃﻤﺔ ﺑﻨﺖ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﺗﺰﻭﺭ ﻗﺒﺮ ﺣﻤﺰﺓ ﻛﻞ ﺟﻤﻌﺔ “Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin berkata: “ Fathimah putrid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu berziarah ke makam Hamzah setiap hari Jum’at.” (HR. Abdurrazzaq dalam al- Mushannaf [6713]). ﻋﻦ ﺍﻟﺤﺴﻴﻦ ﺑﻦ ﻋﻠﻲ : ﺃﻥ ﻓﺎﻃﻤﺔ ﺑﻨﺖ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭ ﺳﻠﻢ ﻛﺎﻧﺖ ﺗﺰﻭﺭ ﻗﺒﺮ ﻋﻤﻬﺎ ﺣﻤﺰﺓ ﻛﻞ ﺟﻤﻌﺔ ﻓﺘﺼﻠﻲ ﻭ ﺗﺒﻜﻲ ﻋﻨﺪﻩ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﺭﻭﺍﺗﻪ ﻋﻦ ﺁﺧﺮﻫﻢ ﺛﻘﺎﺕ “ Al-Husain bin Ali berkata: “Fathimah putri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selalu berziarah ke makam pamannya, Hamzah setiap hari Jum’at, lalu menunaikan shalat dan menangis di sampingnya.” (HR. al-Hakim dalam al-Mustadrak [4319], al-Baihaqi dalam al-Sunan al-Kubra [7000]). 5) Atsar Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma: ﻋَﻦْ ﺍﺑْﻦِ ﻋَﺒَّﺎﺱٍ ﻗَﺎﻝَ ﺣَﺪِّﺙْ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻛُﻞَّ ﺟُﻤُﻌَﺔٍ ﻣَﺮَّﺓً ﻓَﺈِﻥْ ﺃَﺑَﻴْﺖَ ﻓَﻤَﺮَّﺗَﻴْﻦِ ﻓَﺈِﻥْ ﺃَﻛْﺜَﺮْﺕَ ﻓَﺜَﻠَﺎﺙَ ﻣِﺮَﺍﺭٍ ﻭَﻻ ﺗُﻤِﻞَّ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻫَﺬَﺍ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥَ . ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ . Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: "Sampaikanlah hadits kepada manusia setiap hari Jum'at. Jika kamu tidak mau, maka lakukan dua kali dalam sepekan. Jika masih kurang banyak, maka tiga kali dalam sepekan. Jangan kamu buat orang-orang itu bosan kepada al-Qur’an ini. (HR. al-Bukhari [6337]). Keterangan: Menetapkan hari-hari tertentu dengan kebaikan, telah berlangsung sejak masa sahabat. Karena itu para ulama di mana-mana, mengadakan tradisi Yasinan setiap malam Jum'at atau lainnya, dan beragam tradisi lainnya. Hal ini telah berlangsung sejak masa salaf. 6) Atsar Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu ﻋَﻦْ ﺷَﻘِﻴﻖٍ ﺃَﺑِﻰ ﻭَﺍﺋِﻞٍ ﻗَﺎﻝَ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﺒْﺪُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻳُﺬَﻛِّﺮُﻧَﺎ ﻛُﻞَّ ﻳَﻮْﻡِ ﺧَﻤِﻴﺲٍ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻟَﻪُ ﺭَﺟُﻞٌ ﻳَﺎ ﺃَﺑَﺎ ﻋَﺒْﺪِ ﺍﻟﺮَّﺣْﻤَﻦِ ﺇِﻧَّﺎ ﻧُﺤِﺐُّ ﺣَﺪِﻳﺜَﻚَ ﻭَﻧَﺸْﺘَﻬِﻴﻪِ ﻭَﻟَﻮَﺩِﺩْﻧَﺎ ﺃَﻧَّﻚَ ﺣَﺪَّﺛْﺘَﻨَﺎ ﻛُﻞَّ ﻳَﻮْﻡٍ. ﻓَﻘَﺎﻝَ ﻣَﺎ ﻳَﻤْﻨَﻌُﻨِﻰ ﺃَﻥْ ﺃُﺣَﺪِّﺛَﻜُﻢْ ﺇِﻻَّ ﻛَﺮَﺍﻫِﻴَﺔُ ﺃَﻥْ ﺃُﻣِﻠَّﻜُﻢْ. ﺇِﻥَّ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ - ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ - ﻛَﺎﻥَ ﻳَﺘَﺨَﻮَّﻟُﻨَﺎ ﺑِﺎﻟْﻤَﻮْﻋِﻈَﺔِ ﻓِﻰ ﺍﻷَﻳَّﺎﻡِ ﻛَﺮَﺍﻫِﻴَﺔَ ﺍﻟﺴَّﺂﻣَﺔِ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ. ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻭﻣﺴﻠﻢ “ Syaqiq Abu Wail berkata: “Abdullah bin Mas’ud memberikan ceramah kepada kami setiap hari Kamis. Lalu seorang laki-laki berkata kepada beliau: “Wahai Abu Abdirrahman, sesungguhnya senang dengan pembicaraanmu dan selalu menginginkannya. Alangkah senangnya kami jika engkau berbicara kepada kami setiap hari?” Ibnu Mas’ud menjawab: “Tidaklah mencegahku untuk berbicara kepada kalian, kecuali karena takut membuat kalian bosa. Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan nasehat kepada kami dalam hari-hari tertentu, khawatir membuat kami bosan.” (HR. al-Bukhari [70], dan Muslim [7305]). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memiliki waktu tertentu untuk berceramah kepada para sahabatnya, kecuali dalam khutbah Jum’at dan hari raya secara rutin. Beliau memberikan nasehat kepada mereka kadang-kadang saja, atau ketika ada suatu hal yang perlu diingatkan kepada mereka. Kemudian setelah beliau wafat, para sahabat menetapkan hari-hari tertentu untuk menggelar pengajian. Hal ini membuktikan bahwa menetapkan hari-hari tertentu untuk kebaikan hukumnya boleh. 7) Fatwa Syaikh Nawawi Banten rahimahullah ﻭﺍﻟﺘﺼﺪﻕ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﺑﻮﺟﻪ ﺷﺮﻋﻲ ﻣﻄﻠﻮﺏ، ﻭﻻ ﻳﺘﻘﻴﺪ ﺑﻜﻮﻧﻪ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﺃﻭ ﺃﻛﺜﺮ ﺃﻭ ﺃﻗﻞ، ﻭﺗﻘﻴﻴﺪﻩ ﺑﺒﻌﺾ ﺍﻷﻳﺎﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻮﺍﺋﺪ ﻓﻘﻂ ﻛﻤﺎ ﺃﻓﺘﻰ ﺑﺬﻟﻚ ﺍﻟﺴﻴﺪ ﺃﺣﻤﺪ ﺩﺣﻼﻥ، ﻭﻗﺪ ﺟﺮﺕ ﻋﺎﺩﺓ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﺎﻟﺘﺼﺪﻕ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﻴﺖ ﻓﻲ ﺛﺎﻟﺚ ﻣﻦ ﻣﻮﺗﻪ ﻭﻓﻲ ﺳﺎﺑﻊ ﻭﻓﻲ ﺗﻤﺎﻡ ﺍﻟﻌﺸﺮﻳﻦ ﻭﻓﻲ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ ﻭﺑﻌﺪ ﺫﻟﻚ ﻳﻔﻌﻞ ﻛﻞ ﺳﻨﺔ ﺣﻮﻻ ﻓﻲ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﻤﻮﺕ ﻛﻤﺎ ﺃﻓﺎﺩ ﺷﻴﺨﻨﺎ ﻳﻮﺳﻒ ﺍﻟﺴﻨﺒﻼﻭﻳﻨﻲ . ( ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻧﻮﻭﻱ ﺍﻟﺒﻨﺘﻨﻲ، ﻧﻬﺎﻳﺔ ﺍﻟﺰﻳﻦ ﺹ 281/ ). Bersedekah untuk orang meningga dengan cara yang syar’i itu dianjurkan. Hal tersebut tidak terbatas dengan tujuh hari, lebih atau kurang. Membatasi sedekah dengan sebagian hari, termasuk tradisi saja sebagaimana fatwa Sayyid Ahmad Dahlan. Tradisi masyarakat telah berlangsung dengan bersedekah pada hari ketiga kematian, ketujuh, keduapuluh, keempat puluh, keseratus, dan sesudah itu dilakukan setiap tahun hari kematian, sebagaimana dijelaskan oleh guru kami Yusuf al-Sunbulawaini. (Syaikh Nawawi Banten, Nihayah al-Zain, hlm 281). Paparan di atas memberikan kesimpulan, bahwa menetapkan hari-hari tertentu untuk melakukan kebaikan secara rutin, adalah tradisi Islami yang mulia, berdasarkan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan tradisi para sahabat. Alhamdulillah

27 Januari 2015

mudah belajar bahasa arab bersama ajrumiyah

PENDAHULUAN:



 بـــم الله الرحمن الرحـــيم الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على أشرف المرسلين سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين , ( أما بعد ) بقدرة الله وإيرادته وفضله جمعت هذه الرسالة , وسميت " تفهم اللبيب في دار الفلاح على متن الآجرومية " لعلها وسيلة لي ولوالدي ولمشايخي ولأحبابي إلى ربي في نيل رضاه ورحمته ومحبته وفضله في الدنيا والآخرة , والله المنان أرجو وأسأل أن يرزقنا مغفرته ورحمته ورضاه ومحبته بفضله وكرمه . وأرجو لمن وافقه لله على قراتها أن يهديه الله إلى سبيله المستقيم ويسهله على تحصيل رضاه ومحبته إلى يوم الدين آمين. فائدة) ينبغي لكل شارع في فن أن يتصوره ويعرفه قبل الشروع فيه، ليكون على بصيرة فيه، ويحصلُ التصوّر بمعرفة المبادئ العشرة المنظومة في قول بعضهم :

 Sudah semestinya bagi setiap orang yang mempelajari satu bidang ilmu pegetahuan, harus lah mengetahui akan suatu gambaran bidang ilmu tersebut,dan mengenalnya lebih dulu, dengan pengenalan yang sempurna, sebelum tenggelam menyelami bidang ilmu itu,agar supaya lebih hati-hati,teliti dan seksama dalam mempelajarinya. Kemudian untuk mengenal dan mengetahui gambaran satu bidang ilmu itu akan dapat hasil terlaksana, dengan cara mengetahui pendahuluan-pendahuluan ilmu yang sepuluh, yang biasa di nadzomkan oleh sebagian para ahli, yaitu:

 إن مبادئ كلّ فن عَشـره * الحـدّ والموضوع ثـم الثَّمـرهْ 
وفضله ونسبةٌ والواضع * والاسم الاستمـداد حكم الشـارع
 مسائلٌ والبعضُ بالبعضِ اكتفى * ومن درى الجميع حاز الشرفا 
والآن نشرع في فن النحو فنقول
 
 حدّه علم بقواعدَ يعرف بها أحكام الكلمات العربية، حال تركيبها من الإعراب والبناء، وما يتبعها من 

شروط النواسخ، وحذف العائد . 
 Ta’rif/definisi ilmu nahu: suatu ilmu pengetahuan tentang berbagai macam qaidah patokan yang sekiranya dengan qaidah patokan tersebut bisa diketahui hukum/ketetapan-ketetapan kalimat-kalimat bahasa arab sewaktu kita merangkaikannya, seperti ketetapan i’rob, mabni,dan pengikut-pengikutnya yang lain, seperti syarat-syarat amil nawasikh,dan menghilangkan a’id.

  وموضوعه : الكلمات العربية من حيث البحث عن أحوالها . 
 Adapun objek yang digali dan di kaji dalam ilmu nahu adalah: kalimat-kalimat bahasa arab di tinjau dari sisi bahasan keberadaan situasi dan kondisinya.
  وغايته وفائدته : التحرزُ عن الخطأ، والاستعانة على فهم كلام الله وكلام رسول الله صلى الله عليه وسلم 
.  Dan faidah kegunaan ilmu nahu, adalah: bisa menjaga diri dari kesalahan dan membantu terhadap pemahaman kalamuLLAH dan kalam RosuluLLAH sholaLLAHU a’laihi Wassalm.  وشرفه : بشرف فائدته .  Kemuliaan ilmu nahu, adalah: berdasarkan kemuliaan faidah kegunaannya.  واستمداده : من كلام العرب .  Pengambilan ilmu nahu: diambil dari pembicaraan orang-orang arab.  وفضله : فوَقانه على سائر العلوم بالنسبة والاعتبار .  Keunggulan ilmu nahu: membawahi ilmu-ilmu yang lain berdasarkan hubungan keterkaitanya dan perhitungan/pemikiranya.  ومسائله : قواعده، كقولك : الفاعل مرفوع .  Masalah-masalah yang dikaji dalam ilmu nahu: qaidah-qaidahnya, seperti qaidah yg bisa kamu ucapkan:’’ setiap fa’il itu mesti rafa’,  وواضعه : أبو الأسود الدؤلي من التابعين، بأمر من الإمام علي كرم الله وجهه  Pencetus ilmu nahu: Abu aswad addauli (salah seorang tabi’in) atas perintah dari Sayyidina Ali ,” semoga ALLAH menambah kemuliyaannya”.  ونسبته لباقي العلوم : التباين .  Hubungan keterkaitan ilmu nahu dengan ilmu-ilmu yang lainya: satu sama lain saling bertolak belakang, ditinjau dari sisi apa yang dikaji dan yang di bahasnya.  واسمه : علم النحو، وعلم العربية .  Adapun nama daripada ilmu ini, adalah: ilmu nahu dan ilmu arobiyah.  وحكم الشارع فيه : وجوبه الكفائيّ على أهل كلّ ناحية، والعيني على قارئ التفسير والحديث  Hukum agama belajar dalam ilmu nahu: wajib kipayah bagi setiap ahli daerah, dan wajib aini bagi orang yang membaca tafsir dan hadist.
 . بسم الله الرحمن الرحيم الكَلاَم: هُوَ اللَّفْظُ الْمُرَكَّبُ الْمُفِيدُ بِالْوَضْعِ.
 Kalam: ialah lafadz-lafadz /ucapan-ucapan yang di rangkaikan , yang memberikan faidah pengertian , dengan menggunakan bahasa arab . Jelasnya; susunan/rangkaian ucapan-ucapan bahasa arab yang memberikan faidah pengertian
 وأَقْسَامُهُ ثَلاَثَةٌ: اسْمٌ، وَفِعْلٌ، وَحَرْفٌ جَاءَ لِمَعْنًي
 Adapun juz bagian yang bisa membentuk suatu kalam, itu ada tiga; kalimat isim, kalimat fi’il, dan kalimat huruf yang datang karna makna pengertian. Adapun definisi secara gambaranya (ta’rif birosam) dari masing-masing 3 juz bagian kalam tersebut, ialah: 1) فَالْاِسْمُ يُعْرَفُ: بالْخَفْضِ، وَالتَّنْوِينِ، وَدُخُوْلِ الْأَلِفِ وَالَّلامِ وَحُرُوفِ الْخَفْضِ، وَهِيَ: مِنْ، وَإلَى، وَعَنْ، وَعَلَى، وَفي، وَرُبَّ، والْبَاءُ، والْكَافُ، وَالَّلامُ. وحُرُوْفِ الْقَسَمِ، وهِيَ: الْوَاوُ، والْبَاءُ، والتَّاءُ. Maka kalimat isim itu bisa di ketahui dengan tanda-tanda:  khofad/jar, baik dikhofadkan oleh huruf jar dan huruf qosam, atau oleh mudof. Seperti;مَرَرْتُ بِزَيْدٍ وَغُلَامِ زَيْدٍ , وَاللهِ وَبِاللهِ وَتَاللهِ  Tanwin, Seperti ;جَاءَ زَيْدٌ وَرَجُلٌ  masuknya alif-lam, Seperti; جَاءَ الرَّجُلُ وَالْغُلَامُ  dimasuki huruf-huruf khofad yang tidak lain terdiri dari: مِنْ، إلَى، عَنْ، عَلَى، في، رُبَّ، الْبَاءُ، الْكَافُ، الَّلامُ. Seperti dalam ucapan; “ مَرَرْتُ بِزَيْدٍ وَرَجُلٍ وَامْرَأَةٍ “  Dan bisa diketahui pula dengan di masuki huruf-huruf qosam, yaitu: الْوَاوُ الْبَاءُ التَّاءُ . Seperti dalam ucapan; “   وَاللهِ وَبِاللهِ وَتَاللهِ قَسَمْتُ “تَنْبِـيْهٌ : وَالتَّنْوِيْنُ نُوْنٌ سَاكِنَةٌ تَلْحَقُ الْآخِرَ لَفْظاً لَا خَطّاً، أَيْ نُوْنٌ تَلْحَقُ آخِرَالْكَلِمَةِ عِنْدَ التَّلَفُّظِ بِهَا ، فَهِيَ تُلْفَظُ وَلَا تُكْتَبُ. Catatan : Tanwin adalah; nun sukun/mati yg melekat pada akhirkalimat dengan cara pengucapan saja, bukan dengan cara penulisan, (bunyi nun mati di akhir kalimat). 2) وَالْفِعْلُ يُعْرَفُ بِقَدْ، وَالسِّيْنِ، وَسَوْفَ، وَتَاءِ التَّأْنِيْثِ السَّاكِنَةِ. Dan kalimat fi’il itu bisa diketahui dengan tanda-tanda :  masuk nya قَدْ  (qod) seperti; قَدْ قَامَ (sungguh telah berdiri seorang laki-laki).  masuknya س (sin), seperti; سَيَقُوْمُ(akan berdiri seorang laki-laki).  masuknya سَوْفَ (saufa), seperti; سَوْفَ يَقُوْمُ (akan berdiri seorang laki-laki).  dan ta’ta’nis, seperti; قَامَتْ (telah berdiri seorang perempuan) 3)
 وَ الْحَرْفُ مَا لاَ يَصْلُحُ مَعَهُ دَلِيْلُ الْاِسْمِ وَلاَ دَلِيلُ الْفِعْلِ Sedangkan kalimat huruf adalah suatu kalimat yang tidak pantas dan layak di barengi dengan tanda-tanda kalimat isim, dan tidak cocok pula di barengi tanda-tanda kalimat fi’il. Dalam artian kalimat huruf bisa di ketahui dengan adanya ketidak cocokan bareng bersama dengan tanda- tanda tersebut, seperti; هَلْ , فِيْ , لَمْ بَابُ الْإِعْرَابِ اَلْإِعْرَابُ هُوَ تَغْيِيْرُ أَوَاخِرِ الْكَلِمِ لِاخْتِلَافِ الْعَوَامِلِ الدَّاخِلَةِ عَلَيْهَا لَفْظاً أَوْ تَقْدِيْراً I’rob adalah perubahan setiap akhir kalimat bahasa arab, karena alasan perbedaan setiap amil yang masuk mempengaruhinya, baik perubahan secara lapal pengucapan, atau hanya perkiraan saja. Contoh; جَاءَ زَيْدٌ وَجَاءَ الْفَتَى، رَأَيْتُ زَيْدًا وَرَأَيْتُ الْفَتَى مَرَرْتُ بِزَيْدٍ وَمَرَرْتُ بِالْفَتَى Cobalah! kamu perhatikan perubahan yang terjadi pada lafadz’’ زيد ‘’untuk i’rob/perubahan secara lapal , dan perubahan yang terjadi pada lafadz’’ الفتى ‘’untuk perubahan secara perkiraan saja. وَأَقْسَامُهُ أَرْبَعَةٌ: رَفْعٌ، وَ نَصْبٌ، وَ خَفْضٌ، وَ جَزْمٌ Dan I’rob/perubahan akhir kalimat ini, terbagi empat bagian: I’rob rafa’, I’rob nasab, I’rob khofad/jar, dan I’rob jazm.
 فَلِلْأَسْمَاءِ مِنْ ذَلِكَ الرَّفعُ، وَ النَّصْبُ، وَ الْخَفْضُ،وَلَا جَزْمَ فِيْهَا
 Untuk kalimat-kalimat isim dari empat bagian tersebut, hanya ada i’rob rafa’, i’rob nasab, dan i’rob khofad, sementara tidak ada I’rob jazm sedaikitpun dalam Kalimat-kalimat isim
. وَلِلْأَفْعَالِ مِنْ ذَلِكَ الرَّفْعُ، وَالنَّصْبُ، وَ الْجَزْمُ، وَلاَ خَفْضَ فِيْهَا 
Dan untuk kalimat-kalimat fi’il dari empat bagian tersebut, hanya ada i’rob rafa’, i’rob nasab, dan i’rob jazm, sementara tidak ada I’rob khofad sedaikitpun dalam kalimat-kalimat fi'il.
 بَابُ: مَعْرِفَةِ عَلاَمَاتِ الْإِِعْرَابِ 
Bab : bahasan cara mengetahui tanda-tanda I’rob/perubahan di setiap akhir kalimat.
 للرفْعِ أَرْبَعُ عَلاَمَاتٍ: الضَّمَّةُ،وَالْوَاوُ،وَالْأَلِفُ، وَالنُّونُ 
Untuk perobahan/I’rob rafa’ hanya ada empat tanda/ciri, yaitu: domah, wawu, alif,dan nun . بَابُ: مَعْرِفَةِ عَلاَمَاتِ الْإِعْرَابِ 
Bab : bahasan cara mengetahui tanda-tanda I’rob/perubahan di setiap akhir kalimat.  للرفْعِ أَرْبَعُ عَلاَمَاتٍ: الضَّمَّةُ،وَالْوَاوُ،وَالْأَلِفُ، وَالنُّونُ 
Untuk perobahan/I’rob rafa’ hanya ada empat tanda/ciri-ciri, yaitu: domah, wawu, alif,dan nun . a)
 فَأمَّا الضَّمَّةُ فَتَكُوْنُ عَلاَمَةً لِلرَّفْعِ فِي أرْبَعَةِ مَوَاضِيعَ: اْلاِسْمِ الْمُفْرَدِ وَجَمْعِ، التَّكْسِيرِ وَجَمْعِ الْمُؤَنثِ السَّالِمِ، والْفِعْلِ الْمُضَارِعِ الَّذِيْ لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْءٌ
 Maka adapun domah, keberadaanya, bisa jadi pertanda untuk I’rob/perobahan rafa’dalam empat tempat penggunaan/pengalokasian: 1)
 Digunakan dalam isim mufrod, contoh;’’ جَاءَ زَيْدٌ وَالْفَتَى 2)

Digunakan dalam jama’ taksir, contoh;’’ جَاءَ الرِّجَالُ وَالْأُسَارَى 3)
 Digunakan dalam jama’ muanast salim, contoh;’’ جَاءَتِ الْهِنْدَاتُ 4)
Digunakan dalam fi’il mudore’ yang akhirnya tidak dilekati huruf-huruf yang lain, contoh;’’ يَضْرِبُ زَيْدٌ، وَيَخْشَى عَمْرٌو، وَيَرْمِيْ بَكْرٌ Catatan: اَلْاِسْمُ الْمُفْرَدُ هُوَ مَا دَلَّ عَلَى وَاحِدٍ أَوْ وَاحِدَةٍ، مِثْلُ وَلَدٍ أَوِ امْرَأَةٍ Isim mufrod adalah suatu kalimat isim yang menunjukan pada sesuatu perkara yang bilangannya hanya satu/seorang, seperti; وَلَدٍ (seorang anak laki-laki) اِمْرَأَةٍ (seorang perempuan). وَجَمْعُ التَّكْسِيْرِ وَهُوَ مَا تَغَيَّرَ عَنْ بِنَاءِ مُفْرَدِهِ نَحْوُ : الرِّجَالُ وَالْأُسَارَى. Jama’ taksir : adalah suatu kalimat jama’ yang berubah dari bentuk mufrodnya,seperti; الرِّجَالُ ( banyak laki-laki) اَلْأُسَارَى (banyak tawanan/paratawanan). Asal mufrod nya adalah:” رَجُلٌ (seorang laki-laki) dan سَرِيٌ (seorang tawanan). وَجَمْعُ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ وَهُوَ مَا جُمِعَ بِأَلِفٍ وَتَاءٍ مَزِيْدَتَيْنِ فِيْ آخِرِهِ، نَحْوُ : جَاءَتِ الْهِنْدَاتُ Jama’ muanas salim: adalah suatu kalimat yang dijama’kan dengan adanya penambahan alif dan ta’ diakhir nya, seperti الْهِنْدَاتُ جَائَتِ (telah datang para Hindun) asal mufrod nya: اَلْهِنْدُ (seorang Hindun). b) وأمَّا الْوَاوُ فَتَكُوْنُ عَلاَمَةً لِلرَّفْعِ فِي مَوْضعَيْنِ: فِي جَمْعِ الْمُذَكَّرِ السَّالِمِ، وَفِي الْأَسْمَاءِ الْخَمْسَةِ، وَهِيَ :أَبُوْكَ، وَأَخُوْكَ، وَحَمُوْكَ، وَفُوْكَ، وَذُوْ مَالٍ Dan adapunو )wawu ( itu bisa jadi ciripertanda untuk perubahan/i’rob rafa’ dalam dua tempat penggunaan/pengalokasian: 1) dialokasikan dalam jama’ mudzakar salim ,. contoh:’’جَاءَ الزَّيْدُوْنَ 2) dan dialokasikan dalam kalimat isim –isim 5, yang tidak lain: أَبُوْكَ، وَأَخُوْكَ، وَحَمُوْكَ، وَفُوْكَ، وَذُوْ مَالٍ c) وَأَمَّا الْأَلِفُ فَتُكُوْنُ عَلاَمَةً لِلرَّفْعِ فِي تَثْنِيَةِ الْأَسْمَاءِ خَاصَّةً Dan adapun alif itu biasa jadi ciri/pertanda untuk i’rob/perubahan rafa’ hanya dalam kalimat isim – isim tastniyah saja. Sepeti: جَاءَ زَّيْدَانِ d) وأمَّا النُّوُنُ فَتكُونُ عَلاَمَةً لِلرَّفْعِ فِي الْفِعْلِ الْمُضَارِعِ، إِذَا اتَّصَلَ بِهِ ضَمِيْرُ تَثْنِِِـيَّةٍ، أَوْضَمِيرُ جَمْعٍ، أوْضَمِيرُالمُؤنَّثَةِ الْمُخَاطَبَةِ. Dan adapun nun itu biasa jadi ciri/pertanda untuk i’rob/perubahan rafa’ dalam kalimat fi’il mudore’ , ketika melekat pada fi’il mudore’ tersebut : alif domir tastniyah, wawu domur jama’, dan ya domir muanasah mukhotobah. Sepeti: يَفْعَلَانِ وَتَفْعَلَانِ يَفْعَلُوْنَ وَتَفْعَلُوْنَ تَفْعَلِيْنَ  ولِلنَّصبِ خَمْسُ عَلاَمَاتٍ الْفَتْحَةُ، وَالْألِفُ، وَالكَسْرَةُ، وَاليَاءُ، وَحَذْفُ النُّونِ،
 Sedangkan untuk i’rob/ perubahan nasab ada 5 ciri-ciri yaitu: fathah, kasroh, ya, dan menghilangkan nun . a)
 فَأَمَّا الفَتْحَةُ فَتَكُونُ عَلاَمَة لِلنَّصْبِ في ثَلاُثَةِ مَوَاضِعَ: فِي الاِسْمِ الْمُفْرَدِ وَجَمْعِ التَّكْسِيرِ، وَالْفِعْلِ الْمُضَارِعِ إِذَا دَخَلَ عِلَيْهِ نَاصِبٌ، وَلَمْ يَتَّصِلُ بِآخِرِهِ شَيْءٌ 
Maka adapun fatah, itu biasa jadi ciri/pertanda untuk i’rob/perubahan rafa’digunakan dalam 3 tempat pengalokasian: 1) Dialokasikan dalam kalimat isim mufrod.seperti:’’ رَأَيْتُ زَيْداً 2) Dialokasikan dalam kalimat jama’ taksir. seperti:’’ رَأَيْتُ الرِّجَالَ 3) Dialokasikan dalam kalimat fi’il mudore’ ketika dimasuki amil yang menuntut nasab,.sementara akhir kalimat fi’il mudore’ tersebu tidak dilekati oleh huruf-huruf lain. seperti:’’ لَنْ أَضْرِبَ b) وَأَمَّا الْألِفُ فَتَكُونُ عَلاَمَةً لِلنَّصْبِ فِي الْأَسْمَاءِ الْخَمْسَةِ، نَحُوَ " رَأَيْتُ أَبَاكَ وَأَخَاكَ " وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ Dan adapun alif itu biasa jadi ciri/pertanda untuk i’rob/perubahan nasab dalam kalimat-kalimat isim 5. seperti: " رَأَيْتُ أَبَاكَ وَأَخَاكَ " وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ. c) وَأَمَّا الْكسْرَةُ فَتَكُونُ عَلاَمَةً لِلنَّصْبِ فِي جَمْعِ المُؤَنَثِ السَّالِمِ. Dan adapun kasroh itu biasa jadi ciri/pertanda untuk i’rob/perubahan nasab dalam kalimat jama’ muanast salim. seperti: خَلَقَ اللهُ السَّمَوَاتِ d) وَأمَّا الْيَاءُ فَتَكُونُ عَلاَمَةً لِِلنَّصْبِ فِي التَّثْنِيَةِ وَالْجَمْعِ Dan adapun ya itu biasa jadi ciri/pertanda untuk i’rob/perubahan nasab dalam kalimat-kalimat isim tastniyah, dan jama’ mudzakar salim, seperti: رَأَيْتُ الزَّيْدَيْنِ untuk tastniyah dan الزَّيْدِينَ رَأَيْتُ untuk jama’ mudzakar e) وَأمَّا حَذْفُ النُّونِ فَيَكُونُ عَلاَمةً لِلنَّصْبِ في الأفْعَالِ الْخَمْسَةِ الَّتِيْ رَفْعُهَا بثَبَاتِ النُّونِ Dan adapun menghilangkan nun itu biasa jadi ciri/pertanda untuk i’rob/perubahan nasab dalam kalimat-kalimat fi’il 5, yang sewaktu rafa’nya di tetapkan nunnya, seperti: لَنْ يَفْعَلَا، وَلَنْ تَفْعَلَا، وَلَنْ يَفْعَلُوا، وَلَنْ تَفْعَلُوا، وَلَنْ تَفْعَلِيْ  وَلِلْخَفْضِ ثَلاَثُ عَلاَمَاتٍ: الْكَسْرَةُ، وَالْيَاءُ، وَالْفَتْحَةُ
 Dan untuk i’rob/perubahan khofad , ada 3 ciri pertanda, yaitu: kasroh, ya, dan fathah. a) فأَمَّاالْكَسْرَةُ فَتَكُونُ عَلاَمَةً لِلْخَفْضِ في ثَلاَثَةِ مَوَاضِعَ: 1) في الِْاسْمِ الْمُفْـرَدِ الْمُنْصَرِفِ 2) وَجَـمْعِ التَّكْسِـيرِ المُنْصَرِفِ 3) وَجَمْعِ المُؤَنْثِ السَّالِم Maka ada kasroh, itu biasa jadi ciri/pertanda untuk I’rob/perobahan khofad/ jar’ dalam 3 tempat penggunaan/pengalokasian. 1) Dialokasikan dalam isim mufrod, seperti:” مَرَرْتُ بِزَيْدٍ 2) Dialokasikan dalam jama’ taksir yang menerima tanwin, seperti: ” مَرَرْتُ بِالرِّجَالِ وَالْأُسَارَى ، وَ مَرَرْتُ بِرِجَالٍ وَأُسَارَى 3) Dialokasikan dalam jama’ muanast salim, seperti:” مَرَرْتُ بِالْمُسْلِمَاتِ b) وَأَمَّا الْيَاءُ فَتَكُونُ عَلاَمَةً لِلْخَفْضِ فِي ثَلاَثَةِ مَوَاضِعَ: فِي الأسْمَاءِ الْخَمْسَةِ، وَفي التَّثْنِيّةِ، وَالْجَمْعِ Adapun ya itu, biasa jadi ciri pertanda untuk I’rob/perobahan khofad dalam 3 pengalokasian: 1) dialokasikan dalam kalimat isim-isim 5, seperti: مَرَرْتُ بِأَبِيْكَ، وَأَخِيْكَ، وَحَمِيْكَ، وَفِيْكَ، وَذِيْ مَالٍ 2) dialokasikan dalam kalimat isim tastniyah. seperti مَرَرْتُ بِالزَّيْدَيْنِ 3) dialokasikan dalam kalimat isim jama’ mudzakar salim, seperti ;’’ مَرَرْتُ بِالزَّيْدِيْنَ c) وَأَمَّا الْفَتْحَةُ فَتَكُونُ عَلاَمَة لِلْخفضِ فِي اْلِاسْمِ الَّذِي لَا يَنْصَرِفُ
 Adpun fatah itu, biasa jadi ciri pertanda untuk I’rob/perobahan khofad dalam Isim ghoir munshorif (almat isim yang tidak menerima tanwin).
 مَرَرْتُ بِأَحْمَدَ، وَإِبْرَاهِيْمَ  وَلِلْجَزْمِ عَلاَمَتَانِ: اَلْسُّكُونُ، وَالْحَذْفُ
 Untuk i‘rob perubahan jazm, ada 2 ciri pertanda yaitu; a. sukun dan b. menghilangkan huruf.
 a) فَأَمَّا السُّكُونُ فَيَكُونُ عَلاَمَةً لِلْجَزْمِ في الْفِعْلِ الْمُضَارِعِ الصَّحِيْحِ الْآخِرِ
 Maka adapun sukun itu bisa jadi ciri/pertanda untuk I’rob/perubahan jazm dalam fi’il mudore’ yang soheh akhir, seperti:’’ لَمْ يَضْرِبْ زَيْدٌ b) وأمَّا الْحَذْفُ فيَكُوْنُ عَلاَمَةً لِلْجَزمِ: 1) فِي الْفِعْلِ الْمُضَارِعِ الْمُعْتَلِّ الْآخِرِ 2) وَفِي الْأفْعَالِ الْخَمْسَةِ الَّتِيْ رَفْعُهَا بَثَبَاتِ النُّونِ Maka adapun menghilangkan huruf itu bisa jadi ciri/pertanda untuk I’rob/perubahan jazm : 1) dalam fi’il mudore’ yang mu’tal akhir, seperti:’’ لَمْ يَخْشَ زَيْدٌ وَلَمْ يَدْعُ زَيْدٌ لَمْ يَرْمِ زَيْدٌ 2) dan dalam kalimat fi’il-fi’il 5 yang rafa’nya dengan tanda tetapnya nun, seperti:’’ لَمْ يَضْرِبَا، لَمْ تَضْرِبَا، ، لَمْ يَضْرِبُوُا، لَمْ تَضْرِبُوْا، لَمْ تَضْرِبِيْ {فَصْلٌ } اَلْمُعْرَبَاتُ قِسْمَانِ :قِسْمٌ يَعْرَبُ بِالْحَرْكَاتِ وَقِسْمٌ يُعْرَبُ بِالْحُرُوْفِ ، Kalimat-kalimat Yang di I’robkan itu terbagi dua: a) Sebagian yang di I’roban dengan harkat/baris b) Sebagian lagi di I’roban dengan huruf-huruf a) فَالَّذِيْ يُعْرَبُ بِالْحَرْكَاتِ أَرْبَعَةُ أَنْوَاعٍ : اَلْإِسْمُ الْمُفْرَدُ وَجَمْعُ التَّكْسِيْرِ وَجَمْعُ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمُ وَالْفِعْلُ الْمُضَارِعُ الَّذِيْ لَمْ يَتَّصِلْ بِأَخِرِهِ شَيْءٌ ،
 Adapun Kalimat-kalimat Yang di I’robkan dengan harkat/baris, itu ada 4 macam kalimat: Isim mufrod, jama’taksir, jama’muanast salim, dan fi’il mudore’yang tidak lekati akhirnya dengan huruf-huruf yang lain
. وَكُلُّهَا تُرْفَعُ بِالضَّمةِ وَتُنْصَبُ بِالْفَتْحَةِ وَتُخْفَضُ بِالْكَسْرَةِ وَتُجْزَمُ بِالسُّكُوْنِ،
 Dan semua Kalimat-kalimat tersebut itu, dirafa’kan dengan memakai ciri pertanda domah, di nasabkan dengan memakai ciri pertanda fathah,di khofadkan dengan memakai ciri tanda kasroh, dan di jazmkan dengan memakai ciri pertanda sukun
 وَخَرَجَ عَنْ ذَالِكَ ثَلَاثَةُ أَشْيَاءَ : جَمْعُ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمُ يُنْصَبُ بِالْكَسْرَةِ وَالْإِسْمُ الَّذِيْ لَا يَنْصَرِفُ يُخْفَضُ بِالْفَتْحَةِ وَالْفِعْلُ الْمُضَارِعُ الْمُعْتَلُّ الْآخِرُيُجْزَمُ بِحَذْفِ آخِرِهِ ، 

Dan dikecualikan dari Kalimat-kalimat itu, 3 kalimat, yaitu: jama’muanast salim dinasabkan dengan ciri kasroh, isim yang tidak menerima tanwin di khofadkan dengan ciri fathah, dan fi’il mudore’ mu’tal akhir di jazmkan dengan ciri menghilangkan huruf akhirnya. b) وَالَّذِيْ يُعْرَبُ بِالْحُرُوْفِ أَرْبَعَةُ أَنْوَاعٍ: اَلتَّثْنـيَّةُ وَجَمْعُ الْمُذَكَّرِ السَّالِمُ وَالْأَسْمَاءُ الْخَمْسَةُ وَالْأَفْعَالُ الْخَمْسَةُ : وَهِيَ يَفْعَلَانِ وَتَفْعَلَانِ وَيَفْعَلُوْنَ وَتَفْعَلُوْنَ وَتَفْعَلِيْنَ. Sedangkan Kalimat-kalimat Yang di I’robkan dengan pertanda huruf-huruf itu juga ada 4 macam, yaitu: isim tastniyah, jama’mudzakar salim,Kalimat-kalimat isim 5, dan Kalimat-kalimat fi’il 5, yang tidak lain fi’il-fi’il yang berwazan:” يَفْعَلَانِ وَتَفْعَلَانِ وَيَفْعَلُوْنَ وَتَفْعَلُوْنَ وَتَفْعَلِيْنَ، a) فَأَمَّا التَّثْنِيَّةُ فَتُرْفَعُ بِالْأَلِفِ وَتُنْصَبُ وَتُخْفَضُ بِالْيَاءِ
 Maka adapun isim tasniyah, itu dirafa’kan dengan menggunakan pertanda huruf alif, dinasabkan serta di khofadkan dengan menggunakan pertanda ya. Contoh:” جاء الزيدان، رأيت الزيدَيْن، مررت بالزَّيْدَيْنِ b) وَأَمَّا جَمْعُ الْمُذُكَّرِ السَّالِمُ فَيُرْفَعُ بِالْوَاوِ وَيُنْصَبُ وَيُخْفَضُ بِالْيَاءِ adapun jama’mudzakar salim, itu dirafa’kan dengan menggunakan pertanda huruf wawu. dinasabkan serta di khofadkan dengan menggunakan pertanda ya. Contoh:” جَاءَ الزَّيدُونَ، رأيت الزَّيدِينَ، مَرَرْتُ بالزَّيدِينَ c) وَأَمَّا الْأَسْمَاءُ الْخَمْسَةِ فَتُرْفَعُ بِالْوَاوِ وَتُنْصَبُ بِالْأَلِفِ وَتُخْفَضُ بِالْيَاءِ d) وَأَمَّا الْأَفْعَالُ الْخَمْسَةُ فَتُرْفَعُ بِالنُّوْنِ وَتُنْصَبُ وَتُجْزَمُ بِحَذْفِهَا. بَابُ اْلأَفْعَـلِ Bab kalmat-kalimat fi’il Kalimat – kalimat fi’il adalah : kalimat – kalimat yang menunjukan pada makna pengertian pekerjaan yang disertai dengan waktu. (اَلْأَفْعَالُ ثَلَاثَةٌ : مَاضٍ وَمُضَارِعٌ وَأَمْرٌ نًحْوُ ضَرَبَ، وَيَضْرِبُ، وَاضْرِبْ) Kalimat – kalimat fi’il itu, jika ditinjau dari sisi terjadinya suatu pekerjaan terbagi 3 macam: 1) fi’il madi. 2) fi’il mudore .’ 3) fi’il amar . seperti: 1) ضَرَبَ (telah memukul) untuk contoh fi’il madi. 2) يَضْرِبُ (sedang/akan memukul) untuk contoh fi’il mudore’. 3) اِضْرِبْ (pukul-lah) untuk contoh fi’il amar. Adapun ciri masing-masing dari ke-3 fi’il tersebut ialah: فَالْمَاضِي مَفْتُوْحٌ الْآخِرِ أَبَداً Fi’il madi selamanya di mabnikan pada harkat fatahkan huruf akhirnya وَالْأَمْرُ مَجْزُوْمٌ أَبَداً Dan fi’il amar selamnya di mabnikan pada harkat sukun yang mirip banget dengan jazm. وَالْمُضَارِعُ مَا كَانَ فِيْ أَوَّلِهِ إِحْدَى الزَّوَائِدِ الْأَرْبَعِ، يَجْمَعُهَا قَوْلِكَ : أَنَيْتُ وَهُوَ مَرْفُوْعٌ أَبَداً، حَتَّى يَدْخُلَ عَلَيْهِ نَاصِبٌ أَوْ جَازِمٌ Sedang kan fi’il mudore’ , yang tidak lain merupakan setiap kalimat fi’il yang selalu di awali oleh salah satu huruf tambahan yang 4, yang bisa di kumpulkan dalam ucapanmu” أَنَيْتُ ( hamzah, nun, ya, dan ta). Dan fi’il mudore’ ini selamanya di rafa’ kan, sampai dimasuki oleh amil yang menuntut rafa’ dan amil yang menuntut nasab. فَالنَّوَاصِبُ عَشَرَةٌ وَهِيَ : أَنْ، وَلَنْ، وَإِذَنْ، وَكَيْ وَلَامُ كَيْ وَلَامُ الْجُحُوْدِ وَحَتَّى وَالْجَوَابُ بِالْفَاءِ وَ الْوَاوِ وَأَوْ Maka kemudian amil-amil yang menuntut nasab pada fi’il mudore’ itu ada 10 ,yaitu : 1) أَنْ seperti ;” يُعْجِبُنِيْ أَنْ تَضْرِبَ 2) لَنْ seperti;” لَنْ يَقُوْمَ زَيْدٌ 3) إِذَنْ seperti;” إِذَنْ أُكْرِمَكَ yang di gunaka sebagai jawaban dari ucapan;” أَزُوْرُكَ غَداً 4) كَيْ seperti;” كَيْ أُكْرَمَكَ 5) لَامُ كَيْ seperti;” جِئْتُ لِأَقْرَأَ 6) لَامُ الْجُحُوْدِ seperti;” {وَمَا كَانَ الله لِيُعَذِّبَهُم} dan{لَمْ يَكُنِ الله لِيَغْفِرَ لَهُمْ} 7) حَتَّى seperti;” {حتَىَّ يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوْسَى } dan أَسْلِمْ حتَىَّ تَدْخُلَ الْجَنَّةَ 8) َ الْجَوَابُ بِالْفَاءِ seperti;” أَقْبِلْ فَأُحْسِنَ إِلَيْكَ” 9) الْجَوَاب بِالْوَاو seperti;” أَقْبِلْ وَأُحْسِنَ إِلَيْكَ 10) أَوْ seperti;” لَأَقْتُلَنَّ الْكَافِرَ أَوْ يُسْلِمَ (aku pasti membunuhmu kecuali kalau kamu masuk islam) لَأَلْزِمَنَّكَ أَوْ تَقْضِيَنِيْ حَقِّيْ (aku kan terus mengikutimu sampai kau sampai kau penuhi tuntutan ku) (وَالْجَوَازِمُ ثَمَانِيَّةَ عَشَرَ وَهِيَ : لَمْ وَلَمَّا وَأَلَمْ وَأَلَمَّا وَلَامُ الْأَمْرِ وَالدُّعَاءِ وَلَا فِي النَّهْيِ وَالدُّعَاءِ وَإِنْ وَ مَا وَمَنْ وَمَهْمَا وَإِذْمَا وَأَيٌّ وَمَتَى وَأَيَّانَ وَأَيْنَ وَأَنَّى وَحَيْثُمَا وَكَيْفَمَا وَإِذَا فِي الشِّعْرِ خَاصَةً)

 Dan adapun amil'–amil' yang memastikan jazm fi'il mudore, itu ada 18, yaitu ;’’ لَمْ contoh;’’ لَمْ يَضْرِبْ زَيْدٌ، لَمَّا contoh;’’ {لَمَّا يَذُوقُوْا عَذابَ} أَلَمْ contoh;’’ {ألَمْ نَشْرَحْ} أَلَمَّا contoh;’’ : أَلَمَّا أُحْسِنْ إِلَيْكَ لَام ;
Dalamperintah,contoh;’’ {لِيُنْفِقْ ذُوْ سَعَةٍ} لَام;dalamdo’a,contohلِيَقْضِ عَلَيْنَا رَبُّكَ} لَا ; dalam larangan, contoh لَا تخَفْ لا ; dalam do’a, contoh;’’ {رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا} إِنْ contoh;’’ إِنْ يَقُمْ زَيْدٌ يَقُمْ عَمْرٌو مَا contoh;’’ مَا تَفْعَلْ أَفْعَلْ مَنْ contoh;’’ مَنْ يَقُمْ أَقُمْ مَعَهُ مَهْمَا contoh;’’ مَهْمَا تَفْعَلْ أَفْعَلْ إِذْمَا contoh;’’ إِذْمَا يَقُمْ زَيْدٌ يَقُمْ عَمْروٌ أَيٌّ contoh;’’ أَيَّا تَضْرِبْ أَضْرِبْ مَتَى contoh;’’ مَتَى تَأْكُلْ آكُلْ أَيَّانَ contoh;’’ أَيَّانَ مَا تَعْدَلْ أَعْدِلْ أَيْنَ contoh;’’ أَيْنَمَا تَنْزِلْ أَنْزِلْ أَنَّى contoh;’’ أَنَّى تَسْتَقِمْ تَرْبَحْ، حَيثُمَا contoh;’’ حَيْثُمَا تَسْتَقِمْ يُقَدِّرْ لَكَ الله نَجَاحَاً كَيْفَمَا contoh;’’ كَيْفَمَا تَجْلِسْ أَجْلِسْ dan ditambah إِذَا yang hanya dalam syi’iran contoh perkataan penya’ir;’’ * وَإِذَا تُصِبْكَ خَصَاصَةٌ فَتَحَمَّلِ بـَـابُ مَرْفُوْعـَــاتِ الأَسْمَاءِ Bab Kalimat-kalimat Yang di rafa’kan (اَلْمَرْفُوْعَاتُ سَبْعَةٌ : وَهِيَ الْفَاعِلُ وَالْمَفْعُوْلُ الَّذِيْ لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ وَالْمُبْتَدَأُ ، وَخَبَرُهُ وَاسْمُ كَانَ وَأَخْوَاتِهَاوَخَبَرُ إِنَّ وَأَخْوَاتِهَاوَالتَّابِعُ لِلْمَرْفُوْعِ، وَهُوَ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ : النَّعْتُ وَالْعَطْفُ وَالتَّوْكِيْدُ وَالْبَدَلُ Kalimat-kalim isim yang di rafa’kan itu ada 7, yaitu : 1) Fa’il. Seperti:” جَاءَ زَيْدٌ وَالْفَتَى وَالْقَاضِي، وَغُلَامِي 2) Maf’ul yang tidak disebutkan fa’ilnya. seperti:” ضُرِبَ زيدٌ، ويُضْرَبُ عَمْرٌو 3) Mubtada’.seperti:” زَيْدٌ وَالْفَتَى وَالْقَاضِي، وَغُلَامِي قَائِمُوْنَ 4) Khobar mubtada’:” زَيْدٌ وَالْفَتَى وَالْقَاضِي، وَغُلَامِي قَائِمُوْنَ 5) Isim كَانَ dan teman-temannya.seperti:” كَانَ زَيْدٌ قَائِمًا 6) Khobar إنَّ dan teman-temannya. Seperti:” إِنَّ زَيْداً قَائِمٌ 7) Tabi’/ kalimat kalimat yang selalu mengikuti kalimat yang lain yang di ikutinya (matbu’). Dan tabi’ ini terdiri dari 4 macam: a) na’at.seperti:” جَاءَ زَيْدٌ الْفَاضِلُ b) a’taf. seperti:” جَاءَ زَيْدٌ وَعَمْرٌو c) taukid. seperti:” جَاءَ زَيْدٌ نَفْسُهُ d) badal. seperti:” جَاءَ زَيْدٌ أَخُوْكَ باَبُ الفَاعِلِ Bab fa’il اَلْفَاعِلُ هُوَ الْاِسْمُ الْمَرْفُوْعُ الْمَذْكُوْرُ قَبْلَهُ فِعْلُهُ Fa’il adalah: kalimat isim yang di rafa’kan yang di ceritakan setelah kalimat fi’ilnya. وَهُوَ عَلَى قِسْمَيْنِ : ظَاهِرٍ وَمُضْمَرٍ Dan fa’il ini, terbagi 2 bagian: 1) fa’il yang berbentuk kalimat isim dohir . 2) fa’il yang berbentuk kalimat isim domir . فَالظَّاهِرُ نَحْوُ : قَوْلِكَ : قَامَ زَيْدٌ وَيَقُوْمُ زَيْدٌ وَقَامَ الزَّيْدَانِ وَيَقُوْمُ الزَّيْدَانِ وَقَامَ الزَّيْدُوْنَ وَيَقُوْمُ الزَّيْدُوْنَ وَقَامَ الرَّجِالُ وَيَقُوْمُ الرَّجِالُ وَقَامَتْ هِنْدٌ وَتَقُوْمُ هِنْدٌ وَقَامَتْ الْهِنْدَانِ وَتَقُوْمُ الْهِنْدَانِ وَقَامَتْ الْهِنْدَاتُ وَتَقُوْمُ الْهِنْدَاتُ وَقَامَتْ الهُنُوْدُ وَتَقُوْمُ الهُنُوْدُ وَقَامَ أَخُوْكَ وَيَقُوْمُ أَخُوْكَ وَقَامَ غُلَامِي وَيَقُوْمُ غُلَامِي وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ  Kemudian fa'il kalimat isim dohir itu seperti ucapan-ucapanmu: “  قَامَ زَيْدٌ untuk fa’il yang berupa : kalimat isim mufrod. mudzakar  يَقُوْمُ زَيْدٌ untuk fa’il yang berupa : kalimat isim mufrod mudzakar  قَامَ الزَّيْدَانِ untuk fa’il yang berupa: kalimat isim tastniyah. mudzakar  يَقُوْمُ الزَّيْدَانِ untuk fa’il yang berupa: kalimat isim tastniyah mudzakar  قَامَ الزَّيْدُوْنَ untuk fa’il yang berupa: kalimat jama’ mudzakar  يَقُوْمُ الزَّيْدُوْنَ untuk fa’il yang berupa: kalimat jama’ mudzakar  قَامَ الرَّجِالُ untuk fa’il yang berupa: kalimat jama’ taksir mudzakar  يَقُوْمُ الرَّجِالُ untuk fa’il yang berupa: kalimat jama’ taksir mudzakar  قَامَتْ هِنْدٌ untuk fa’il yang berupa: kalimat isim mufrod muanast  تَقُوْمُ هِنْدٌ untuk fa’il yang berupa: kalimat isim mufrod muanast  قَامَتْ الْهِنْدَانِ untuk fa’il yang berupa: kalimat isim tastniyah muanast  تَقُوْمُ الْهِنْدَانِ untuk fa’il yang berupa: kalimat isim tastniyah muanast  قَامَتْ الْهِنْدَاتُ untuk fa’il yang berupa: kalimat jama’ muanast  تَقُوْمُ الْهِنْدَاتُ untuk fa’il yang berupa: kalimat jama’ muanast  قَامَتْ الْهُنُوْدُ untuk fa’il yang berupa: kalimat jama’ taksir muanast  تَقُوْمُ الْهُنُوْدُ untuk fa’il yang berupa: kalimat jama’ taksir muanast  قَامَ أَخُوْكَ untuk fa’il yang berupa: kalimat isim 5  يَقُوْمُ أَخُوْكَ untuk fa’il yang berupa: kalimat isim 5  قَامَ غُلَامِي untuk fa’il yang berupa: kalimat isim yang di idofatkan pada domir mutakalim  يَقُوْمُ غُلَامِي untuk fa’il yang berupa: kalimat isim yang di idofatkan pada domir mutakalim  وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ dan contoh-contoh yang lainnya. وَالْمُضْمَرُ نَحْوُ : قَوْلِكَ ضَرَبْتُ وَضَرَبْنَا وَضَرَبْتَ وَضَرَبْتِ وَضَرَبْـتُما وَضَرَبْتُم وضَرَبْتُنَّ وَضَرَبَ وَضَرَبَتْ وَضَرَبَا وَضَرَبُوْا وَضَرَبْنَ  Dan fa’il yang berbentuk kalimat isim domir (kata ganti), yaitu seperti fa’il-fa’il dalam ucapan mu :’’ 1) ضَرَبْتُ fa’il yang berupa kata ganti orang pertama tunggal 2) ضَرَبْنَاfa’il yang berupa kata ganti orang pertama jama’ 3) . ضَرَبْتَ fail yang berupa kata ganti orang ke-2 tunggal laki-laki 4) ضَرَبْتِ fail yang berupa kata ganti orang ke-2 tunggal wanita 5) ضَرَبْـتُما fa'il yang berupa kata ganti orang ke-2 tastniyah 6) ضَرَبْتُم fa’il yang berupa kata ganti orang ke-2 jama’laki-laki. 7) ضَرَبْتُنَّ fa’il yang berupa kata ganti orang ke-2 jama’ wanita. 8) ضَرَبَ fa’il yang berupa kata ganti orang ke-3 tunggal laki-laki. 9) ضَرَبَتْ fa’il yang berupa kata ganti orang ke-3 tunggal perempuan. 10) ضَرَبَا fa’il yang berupa kata ganti orang ke-3 tastniyah laki-laki . 11) ضَرَبُوْا fa’il yang berupa kata ganti orang ke-3 jama’ laki-laki. 12) ضَرَبْنَ fa’il yang berupa kata ganti orang ke-3 jama’ perempuan. بَابُ الْمَفْعُولِ الَّذِي لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ Bab maf’ul yang tidak disebutkan fa’ilnya وَهُوَ الْاِسْمُ الْمَرْفُوْعُ الَّذِي لَمْ يُذْكَرْ مَعَهُ فَاعِلُهُ كَقَوْلِهِ تَعَالَى Maf’ul yang tidak disebut fa’il nya/Naibul fa’il: adalah suatu kalimat isim atau yang dianggap isim yang dirafa’kan, yang tidak disebutkan fa’ilnya secara bersamaan., seperti; وَخُلِقَ الإنسَانُ ضَعِيفاً (manusia telah diciptakan dengan sangat lemah) Maksudnya ; bahwa yang dinamakan dengan الْمَفْعُوْلِ الَّذِي لَمْ يُسَمَّ فَاعِلُهُ yang biasa disebut Naibul fa'il, adalah maf’ul atau yang lainya, seperti dzorof dan jar-majrur yang menempati posisi fa'il nya dalam setiap hukum ketetapannya, setelah di hilangkan fa'il nya,dengan alasan karna ada salah satu tujuan dari beberapa tujuan menghilangkan fa'il . Seperti contoh diatas “وَخُلِقَ اْلِإنْسَانُ ضَعِيفا “ asalnya; “َخَلَقَ اللهُ الإنسَانَ ضَعِيْفًا “, kemudian dihilangkan fa'il nya, yaitu lafadz” اللهُ “ dengan tujuan alasan telah ma’lum diketahui, bahwa yang menciptakan manusia dan semua makhluk itu hanya “اللهُ “, bukan yang lain, hasilnya ; “اْلِإنْسَانَ ضَعِيْفًا ……. خَلَقَ’’Setelah dihilangkan fa'il nya, maka tinggalah kalimat fi'il “( خَلَقَ ), yang membutuhkan satu sandaran sebagai fa'il, oleh karena itu maka ditempatkan lah maf’ul (lafadz اْلِإنْسَانَ )pada posisi fa'il yang telah dihilangkan tadi, buat sandarannya, jadi” خَلَقَ اْلِإنْسَانَ ضَعِيفاً’’ , sekarang maf’ul tersebut harus dirafa’kan karna menempati posisi fa'ilnya. jadi ‘’ خَلَقَ الإنسَانُ ضَعِيفاً ‘’ setelah maf’ul menempati posisi fa’il dan dirafa’kan, maka terjadilah ketidak jelasan yang bisa membuat keliru;’’ apakah kalimat yang dirafa’kan itu merupakan fa’il atau pengganti fa’il (naibulfa’il)’’? Oleh karena itu, maka di butuhkanlah cara membedakannya, yang sekiranya bila kalimat fi’il terdengar di ucapkan, kita langsung dapat menyimpulkan bahwa ‘’ setelah kalimat fi’il tersebut merupakan fa’il atau merupakan naibulfa’il. Dan untuk memenuhi kebutuhan itu, maka kalimat fi’il yang di sandarkan pada naibul fail harus dirubah, sedangkan kalimat fi’il yang disandarkan pada fail tak perlu dirubah, karena asal tadinya fi’il itu disandarkan pada fa’il bukan pada naibul fa’il. Adapun cara merubahkan kalimat fi’il yang disadarkan pada naibul fa’il itu sebagai berikut;’’ (فَإِنْ كَانَ الْفِعْلُ مَاضِياً ضُمَّ أَوَّلُهُ وَكُسِرَ مَا قَبْلَ آخِرِهِ) Jika keadaan kalimat fi'il nya itu merupakan kalimat fi'il madi maka, di domahkan huruf awalnya dan dikasrohkan huruf sebelum akhirnya . Seperti;’’ خُلِقَ ‘’ dalam firman ALLAH ’’ وَخُلِقَ الإنسَانُ ضَعِيفاً’’ (manusia telah diciptakan dengan sangat lemah) yang asalnya sebelum dibuang fa’ilnya adalah;’’ خَلَقَ ‘’ (وَإِنْ كَانَ مُضَارِعاً ضُمَّ أَوَّلُهُ، وَفُتِحَ مَا قَبْلَ آخِرِهِ)
 Dan jika keadaan kalimat fi'il nya itu merupakan kalimat fi'il mudore’, maka di domahkan huruf awalnya dan difathahkan huruf sebelum akhirnya . Seperti; يُضْرَبُ dalam ucapan’’ يُضْرَبُ زيدٌ’’ (Zaid sedang dipukul) yang asalnya sebelum dibuang fa’ilnya adalah;’’ يَضْرِبُ ’’ (وَهُوَ عَلَى قِسْمَيْنِ : ظَاهِرٌ وَمُضْمَرٌ)
 Dan naibul fa’il ini terbagi 2 bagian: a. Yang berbentuk kalimat isim dohir b. Yang berbentuk kalimat isim domir. Hal ini sama dengan terbaginya fa’il. (فَالظَّاهِرُ نَحْوُ قَوْلِكَ : ضُرِبَ زَيْدٌ , ويُضرَبُ زَيْدٌ . وأُكْرِمَ عَمْرٌو, ويُكْرَمُ عَمْرٌو a) Maka naibul fa’il yang berbentuk kalimat isim dohir itu seperti yang ada dalam ucapanmu,’’  زَيْدٌ ضُرِبَ,(Zaid telah dipukul)  يُضرَبُ زَيْدٌ (Zaid sedang/akan dipukul)  أُكْرِمَ عَمْرٌو,(Amrun telah dimuliakan)  يُكْرَمُ عَمْرٌو,(Amrun sedang/akan dimuliakan) (وَالْمُضْمَرُ نَحْوُ قَوْلِكَ : ضُرِبْتُ وَضُرِبْنَا وَضُرِبْتَ وضُرِبْتِ وضُرِبْتُمَا وضُرِبْتـُمْ وَضُرِبْتُنَّ وَضُرِبَ وَضُرِبَتْ وَضُرِبَا وَضُرِبُوْا وَضُرِبْنَ) b) Dan naibul fa’il yang berbentuk kalimat isim domir itu seperti yang ada dalam ucapanmu,’’ 1) ضُرِبْتُ aku telah dipukul 2) ضُرِبْنَا kamu telah dipukul 3) َضُرِبْتَ kamu(laki-laki) telah dipukul 4) ضُرِبْتِ kamu(perempuan) telah dipukul 5) وضُرِبْتُمَا kamu berdua telah dipukul 6) وضُرِبْتـُمْ kamu semua (laki-laki) telah dipukul 7) وَضُرِبْتُنَّ kamu semua (wanita) telah dipukul 8) وضُرِبَ dia (laki-laki) telah dipukul 9) وَضُرِبَتْ dia (perempuan) telah dipukul 10) وضُرِبَا mereka berdua telah dipukul 11) وَضُرِبُوْاmereka semua (laki-laki) telah dipukul 12) وَضُرِبْنَ mereka semua (wanita) telah dipukul بَابُ الْمُبْتَدَأِ وَالْخَبَرِ Bab:mubtada’ dan khobar الْمُبْتَدَأُ هُوَ الْاِسْمُ الْمَرْفُوْعُ الْعَارِي عَنِ الْعَوَامِلِ اللَّفْظِيَّةِ Mubtada adalah suatu kalimat isim , yang dirafa’kan yang terbebas dari amil-amil yang bersifat lafadz/pengucapan . seperti; زَيْدٌ قَائمٌِ وَالزَّيْدَانِ قَائِمَانِ وَالزَّيْدُوْنَ قَائِمُوْنَ Catatan: adapun amil mubtada’ sendiri, itu bersifat maknawi, yaitu : “ ibtida’,” (kerena jadi yang pertama dalam martabat kalimat, walaupun posisinya berada setelah kalimat yang lain. وَالْخَبَرُ هُوَ الْاِسْمُ الْمَرْفُوْعُ الْمُسْنَدُ إِلَيْهِ نَحْوُ قَوْلِكُ زَيْدٌ قَائِمٌ وَالزَّيْدَانِ قَائِمَانِ وَالزَّيْدُوْنَ قَائِمُوْنَ Sedangkan khobar adalah kalimat isim, atau kalimat lain yang mengandung kalimat isim yang di sandarkan pada mubtada’. Seperti:’’ زَيْدٌ قَائِمٌ وَالزَّيْدَانِ قَائِمَانِ وَالزَّيْدُوْنَ قَائِمُوْنَ و الْمُبْتَدَأُ قِسْمَانِ : ظَاهِرٌ وَمُضْمَرٌ Dan ditinjau dari sisi penampilannya mubtada’ terbagi 2 macam penampilan: Mubtada’ yang berpenampilan kalimat isim dohir. Mubtada’ yang berpenampilan kalimat isim domir فَالظَّاهِرُ مَا تَقَدَّمَ ذِكْرُهُ Mubtada’ isim dohir adalah mubtada’-mubtada’ yang telah diceritakan contoh-contohnya tadi وَالْمُضْمَرُ اِثْنَا عَشَرَ، وَهِيَ : أَنَا وَنَحْنُ وَأَنْتَ وَأَنْتِ وَأَنْتُمَا وَأَنْتُمْ وَأَنْتُنَّ وَهُوَ وَهِيَ وَهُمَا وَهُمْ وَهُنَّ نَحُو قَوْلِكَ : أَنَا قَائِمٌ، وَنَحْنُ قَائِمُوْنَ وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ) Sedangkan mubtada’ kalimat isim domir itu ada 12 macam, yang tidak laim domir-domir mutaharil marfu’, yaitu:” ّ أَنَا ,نَحْنُ ,أَنْتَ ,أَنْتِ ,أَنْتُمَا ,أَنْتُمْ ,أَنْتُنَّ ,هُوَ ,هِيَ ,هُمَا ,هُمْ ,هُنَّ. Seperti dalam ucapanmu:” أَنَا قَائِمٌ (aku adalah orang yang berdiri), dan نَحْنُ قَائِمُوْنَ (kami adalah orang-orang yang berdiri).dan contoh-contoh yang lainnya. وَالْخَبَرُ قِسْمَانِ : مُفْرَدٌ، وَغَيْرُ مُفْرَدٍ
Dan khobarpun terbagi 2 pula: a. Khobar mufrod dan b. Khobar ghoir mufrod
 فَالْمُفْرَدُ نَحْوُ : زَيْدٌ قَائمٌِ َ وَالزَّيْدَانِ قَائِمَانِ وَالزَّيْدُوْن قَائِمُوْنَ 
Khobar mufrod contohnya sepwerti:
” زَيْدٌ قَائمٌِ وَالزَّيْدَانِ قَائِمَانِ وَالزَّيْدُوْنَ قَائِمُوْنَ وَغَيْرُ الْمُفْرَدِ أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ الْجَارُّ وَالْمَجْرُوْرُ وَالظَّرْفُ وَالْفِعْلُ مَعَ فَاعِلِهِ، وَالْمُبْتَدَأُ مَعَ خَبَرِهِ نَحْوُ قَوْلِكَ : زَيْدٌ فِي الدَّارِ و زَيْدٌ عِنْدَكَ و زَيْدٌ قَامَ أَبُوْهُ و زَيْدٌ جَارِيَتُهُ ذَاهِبَةٌ.
 Dan khobar ghoir mufrod terdiri dari 4 macam:
 1) Yang berbentuk jar-majrur.
 2) Yang berbentuk dzorof.
 3) Yang berbentuk kalimat fi’il dan fa’ilnya. 4) Yang berbentuk mubtada dan khobarnya. Seperti dalam ucapanmu: a) زَيْدٌ فِي الدَّارِ (untuk contoh khobar berbentuk jar/majrur) b) زَيْدٌ عِنْدَكَ (untuk contoh khobar berbentuk dzorof) c) زَيْدٌ قَامَ أَبُوْهُ (untuk contoh khobar berbentuk fi’il dan fa’il) d) زَيْدٌ جَارِيَتُهُ ذَاهِبَةٌ (untuk contoh khobar berbentuk mubtada dan khobar) . بَابُ الْعَوَامِلِ الدَّاخِلَةِ عَلى المْبُتَدَأِ وَالَخَبرِ Bab amil-amil yang masuk pada mubtada’ dan khobar. هَذَا الْبَابُ مُنْعَقِدٌ لِلْعَوَامِلِ الدَّاخِلَةِ عَلَى الْمُبْتَدَأِ وَالْخَبَرِ، فَتُغَيِّرُهُمَا وَتَنْسَخُ حُكْمَهُمَا السَّابِقَ، وَلِهَذَا تُسَمَّى بِالنَّوَاسِخِ Bab ini mencakup berbagai macam amil yang masuk dan memepegaruhi terhadap mubtada’ dan khobarnya. Kemudian merubahkan posisi jabatan mubtada’ dan khobarnya tersebut, serta mengantikan hukum ketetapanya yang telah berlalu bahasannya, yaitu hukum rafa’ untuk mubtada’ dan khobar. Dengan demikian amil-amil ini disebut amil-amil nawasikh (yang menggantikan hukum/ketetapan mubtada’ dan khobar). Kemudian amil-amil nawasikh ini terbagi 3 bagian, yaitu: (وَهِيَ كَانَ وَأَخْوَاتُهَا) 1) كان dan teman-temannya. Contoh ;’’ كَانَ زَيْدٌ قَائِماً (keberadaan Zaid merupakan orang yang berdiri.) (وَإِنَّ وَأَخْوَاتِهَا) 2) إِنَّ dan teman-temannya.contoh;’’ إِنَّ زَيْداً قَائِمٌ ‘’ sesungguh Zaid itu merupakan orang yang berdiri. (وَظَنَّ وَأخْوَاتِهَا) 3) ظَنَّ dan teman-temannya.contoh;’’ ظَنَنْتُ زَيْداً قَائِماً aku benar-benar menduga bahwa Zaid adalah orang yang berdiri (فَأَمَّا كَانَ وَأَخْوَاتُهَا فَإِنِّهَا تَرْفَعُ الْاِسْمَ وَتَنْصِبُ الْخَبَرَ) Adapun كَانَ dan teman-temannya, maka dengan sesungguhnya, كَانَ dan teman-temanya itu memastikan rafa’ pada isimnya , dan memastikan nasab pada khobarnya. Contoh ;’' {وَكَانَ اللهُ غَفُوراً رَحِيماً} Catatatan : a) lafadz’’ اللهُ ‘’ merupakan isim كَانَ yang tadinya mubtada’
. b) lafadz’’ غَفُوْراً رَحِيْمًا ‘’ merupakan khobar كَانَ yang tadinya khobar mubtada’
. c) lafadz’’ كَانَ ‘’merupakan amil yang memastikan rafa’pada isimnya dan yang memastikan nasab pada khobarnya.
 Adapun asalnya sebelum dimasuki كَانَ ;adalah اللهُ غَفُورٌ رَحِيْمٌ (وَهِيَ كَانَ وَأَمْسَى وَأَصْبَحَ وَأَضْحَى وظَلّ َو َبَاتَ وَصَارَ وَلَيْسَ وَمَا زَالَ وَمَاانْفَكَّ وَمَافَتْئَ وَمَابَرِحَ وَمَادَامَ)
 Dan inilah perician كَانَ dan teman-temanya ;  كَانَ contoh ;’’كَانَ زَيْدٌ قَائِمًا  أَمْسَى contoh ;’’ أَمْسَى زَيْدٌ غَنِياً  أَصْبَحَ contoh ;’’ أَصْبَحَ البردُ شديداً َ  أَضْحَى contoh ;’’ أَضْحَى الْفَقِيْهُ وَرِعاً  ظَلّ contoh ;’’ ظَلَّ زَيْدٌ صَائِماً  بَاتَ contoh ;’’ بَاتَ زَيْدٌ سَاهِراً  صَارَ contoh ;’’ صَارَ السِّعرُ رَخِيْصاً،  لَيْسَ contoh ;’’ لَيْسَ زيدٌ قائماً وَ  مَازَالَ contoh ;’’ مَازَالَ زَيدٌ عَالِماً،  مَاانْفَكَّ contoh ;’’ مَاانْفَكَّ عمرٌو جالساً  مَافَتْئَ contoh ;’’ مَافَتِئَ بَكْرٌ مُحْسِناً  مَابَرِحَ contoh ;’’ مَابَرِحَ مُحَمَّدٌ كريماً  َمَادَامَ contoh ;’’ لَا أَصْحَبُكَ مَادَامَ زَيْدٌ مُتَرَدِداً إِلَيْكَ (وَمَا تَصَرَّفَ مِنْهَا نَحْوُ : كَانَ وَيُكُوْنُ وَكُنْ) (وَأَصْبَحَ، وَيُصْبِحُ، وَأَصْبِحْ) 

 Dan fi'il’-fi'il’ hasil tasripan dari ’’ كَانَ dan teman-temannya. Seperti;’’ كَانَ وَيُكُوْنُ وَكُنْ dan وَأَصْبَحَ، وَيُصْبِحُ، وَأَصْبِحْ Musonif (pengarang) memberikan contoh-contoh untuk amil lafadz كَانَ dan teman-temannya, kata beliu;’’ (تَقُوْلُ كَانَ زَيْدٌ قَائِماً وَلَيْسَ عَمْرٌو شَاخِصاً وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ) (وَأَمَّا إِنَّ وَأَخْوَاتُهَا فَإِنَّهَا تَنْصِبُ الْاِسْمَ وَتَرْفَعُ الْخَبَرَ)

 Dan adapun إنَّ dan teman-temannya, maka dengan sesungguhnya, إنَّ dan teman-temanya itu memastikan nasab pada isimnya,dan memastikan rafa’pada khobarnya . Contoh ;’' إِنَّ زَيْداً قَائِمٌ ‘’ a) lafadz’’ زَيْداً ‘’ merupakan isim إِنَّ yang tadinya mubtada’. b) lafadz’’ قَائِمٌ ‘’ merupakan khobarnya, yang tadinya khobar mubtada’. c) lafadz’’ إِنَّ ‘’ merupakan amil yang memastikan nasab padaisimnya dan yang memastikan rafa’ pada khobarnya. Adapun asalnya sebelum dimasuki إنَّ , adalah ; زَيْدٌ قَائِمٌ (وَهِيَ : إِنَّ، وَأَنَّ، وَلَكِنَّ، وَكَأَنَّ، وَلَيْتَ، وَلَعَلَّ، تَقُوْلُ : إِنَّ زَيْداً قَائِمٌ وَ لَيْتَ عَمْراً شَاخِصٌ) Dan inilah perincian إنَّ dan teman-temanya;  إِنَّ contoh ;’’ إِنَّ زَيْداً قَائِمٌ  وَأَنَّ contoh ;’’ بَلَغَنِي أَنَّ زَيْداً مُنْطَلِقٌ  وَلَكِنَّ contoh ;’’ قَامَ الْقَوْمُ لَكِنَّ عَمْراً جَالِسٌ،  وَكَأَنَّ contoh ;’’ كَأَنَّ زَيْداً أَسَدٌ  وَلَيْتَ contoh ;’’ لَيْتَ عَمْراً شَاخِصٌ  وَلَعَلَّ contoh ; لَعَلَّ الْحَبِيْبَ قَادِمٌ (وَمَعْنَى إِنَّ وَأَنَّ لِلتَّوْكِيْدِ وَلَكِنَّ لِلْاِسْتِدْرَاكِ وَكَأَنَّ لِلتَّشْبِيْهِ وَلَيْتَ لِلتَّمَنِي وَلَعَلَّ لِلتَّرَجِي وَالتَّوَقُّعِ)
  makna pengertian lafadz إِنَّ dan أَنَّ , itu untuk memperkuat hukum (لِلتَّوْكِيْدِ) ,
  makna pengertian lafadz لَكِنَّ, itu untuk menyusul perkataan yang pertama(لِلْاِسْتِدْرَاكِ ) .
  makna pengertian lafadz كَأَنَّ, itu untuk menyerupakan(لِلتَّشْبِيْهِ) .
  makna pengertian lafadz لَيْتَ, itu untuk ber andai-andai/berangan-angan belaka(لِلتَّمَنِي) .
  makna pengertian lafadz لَعَلَّ, itu untuk mengharapkan sesuatu perkara(berharap) , dan untuk makna pengertian’’ merasa khawatir atau cemas
(لِلتَّرَجِّي وَالتَّوَقُّعِ ) . 
(وَأَمَّا ظَنَنْتُ وَأَخْوَاتُهَا، فَإِنَّهَا تَنْصِبُ الْمُبْتَدَأَ وَالْخَبَرَ عَلَى أَنَّهُمَا مَفْعُوْلَانِ لَهَا، وَهِيَ : ظَنَنْتُ)
 Dan adapun dzona dan teman-temannya, maka sesungguhnya dzona dan teman-temannya itu, memastikan mubtada’ dan khobarnya harus nasab, setelah di masukinya, dengan alesan mubtada’ dan khobar tersebut sekarang posisinya jadi maf’ul yang pertama dan ke dua, bagi dzona dan teman-temannya. Contoh ;’’ ظَنَنْتُ زَيْداً قَائِماً، (aku berprasangka kuat bahwa; Zaid adalah orang yang berdiri). Catatan; a) lafadz’’ زَيْداً ‘’ merupakan maf’ul pertama yang tadinya mubtada’. b) lafadz’’ قَائِماً ‘’ merupakan maf’ul kedua yang tadinya khobar mubtada’. c) lafadz’’ ظَنَنْتُ ‘’ merupakan amil yang memastikan nasab pada maf’ul pertama dan kedua, karna ظَنَنْتُ merupakan kalimat fi'il yang muta’adi pada 2 maf’ul yang telah memiliki fa'il , yaitu ta’ domir mutaharik marfu’. Adapun asalnya sebelum dimasuki amil (ظنَّ ) adalah’’ زَيْدٌ قَائِمٌ ‘’ وَهِيَ : ظَنَنْتُ وَحَسِبْتُ، وَخِلْتُ، وَزَعَمْتُ، وَرَأَيْتُ، وَعَلِمْتُ، وَوَجَدْتُ، وَاتَّخَذْتُ، وَجَعَلْتُ، وَسَمِعْتُ، Dan inilah perincian ظنَّ dan teman-temanya;  ظَنَنْتُ contoh ;’’ ظَنَنْتُ زَيْداً منطلقاً(aku benar-benar telah menyangka bahwa Zaid itu adalah orang yang pergi).  حَسِبْتُ contoh ; حَسِبْتُ الْحَبِيْبَ قَادِمًا(aku benar-benar telah menyangka bahwa kekasih itu adalah orang yang datang).  خِلْتُ contoh ;’’ خِلْتُ الْهِلَالَ لَائِحاً (aku benar-benar telah menyangka bahwa bulan itu jelas kelihatan).  زَعَمْتُ contoh ;’’ زَعَمْتُ بَكْراً صَدِيْقاً (aku benar-benar telah menyangka bahwa Bakar itu adalah sahabat karib).  رَأَيْتُ contoh ;’’ رَأَيْتُ الصِّدْقَ مُنْجِياً(aku yakin bahwa kebeneran itu menyelamatkan)  عَلِمْتُ contoh ;’’ عَلِمْتُ الْجُوْدَ مَحْبُوْباً (aku yakin bahwa kedermawanan itu sangat disukai)  وَجَدْتُ contoh ;’’ وَجَدْتُ الْعِلْمَ نَافِعاً(aku yakin bahwa ilmu itu bermanfaat)  اِتَّخَذْتُ contoh ;’’ اتَّخَذْتُ بَكْراً صَدِيْقًا(aku telah menjadikan Bakar sebagai sahabat karib)  جَعَلْتُ contoh ;’’ جَعَلْتُ الطِّيْنَ إِبْرِيْقاً(aku telah menjadikan tanah liyat sebagai kendi)  سَمِعْتُ contoh ;’’ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ (aku telah mendengar baginda Nabi shallaLLAHU a’laihi wassalam;’’ berkata) )تَقُوْلُ : ظَنَنْتُ زَيْداً مُنْطَلِقًاوَخِلْتُ الْهِلَالَ لَائِحًا، وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ) Kamu bisa ucapkan contoh-contoh nya sebagai berikut;  ظَنَنْتُ contoh ;’’ ظَنَنْتُ زَيْداً مُنْطَلِقاً(aku benar-benar telah menyangka bahwa Zaid itu adalah orang yang pergi).  خِلْتُ contoh ;’’ خِلْتُ الْهِلَالَ لَائِحاً (aku benar-benar telah menyangka bahwa bulan itu jelas kelihatan). Dan contoh-contoh yang lain yang mirip dengan itu. وَالله سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ وَأَحْكَمُ . بـَابُ النَّعْـتِ
 Bab na’at النَّعْتُ تَابِعٌ لِلْمَنْعُوْتِ فِي رَفْعِهِ وَنَصْبِهِ وَخَفْضِهِ وَتَعْرِيْفِهِ وَتَنْكِيْرِهِ Naat/sifat: adalah kalimat yang merupakan kata sifat yang selalu mengikuti lapadz lain (mausuf) yang di ikutinya, yaitu mengikuti dalam hukum ketetapa; rafa, nasab, khofad, ma’rifat dan nakirahnya mausuf. seperti kata;” الْعَاقِل dan ْعَاقِل dalam ucapan berikut ini:" تَقُوْلُ : قَامَ زَيْدٌ الْعَاقِلُ وَرَأَيْتُ زَيْداً الْعَاقِلَ وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ الْعَاقِلِ Kamu bisa mengucapkan lafadz-lafadz ini, untuk memberikan contoh-contohnya. a) contoh untuk isim ma’rifat وَرَأَيْتُ زيداً العاقلَ وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ الْعَاقِلِ . قَامَ زَيْدٌ الْعَاقِلُ
 b) contoh untuk isim nakirah جَاءَ رَجُلٌ عَاقِلٌ وَرَأَيْتُ رَجُلاً عَاقِلاً وَمَرَرْتُ بِرَجُلٍ عَاقِلٍ Catatana; Na’at ini terbagi 2 ada yang berbentuk isim ma’rifat, ada pula yang berbentuk isim nakirah.  Adapun definisi dari isim ma’rifat adalah: اَلْمَعْرِفَةُ مَا دَلَّ عَلَى مَعَيَّنٍ Isim ma’rifat: adalah setiap kalimah isim yang menunjukan pada suatu makna pengertian yang tertuju/jelas tertentu, seperti;” زَيْدٌ “(seorang Zaid), الرَّجُلُ (seorang laki-laki, yang dituju/tertentu), الْمَرْأَةُ(seorang perempuan, yang dituju/tertentu). Dan mushonif membagi isim-isim ma’rifat menjadi 5 macam, sebagaimana perkataan beliau;’’ وَالْمَعْرِفَةُ خَمْسَةُ أَشْيَاءَ : Dan isim ma’rifat itu terdiri dari 5 macam: 1) اَلْاِسْمُ الْمُضْمَرُنَحْوُ : أَنَا وَأَنْتَ Isim domir,yaitu: مَا دَلَّ عَلَى مُتَكَلِّمٍ أَوْ مُخَاطَبٍ أَوْ غَائِبٍ setiap kalimat isim yang menunjukan pada orang bicara, yang di ajak bicara,atau yang dibicarakan. Contoh:” أَنَا (saya)dan أَنْتَ (kamu), dan هُوَ (ia/dia). 2) وَالْاِسْمُ الْعَلَمُ، نَحْوُ : زَيْدٌ وَمَكَةُ Isim alam/penamaan. Seperti:” زَيْدٌ dan مَكَةُ 3) وَ الْاِسْمُ الْمُبْهَمُ نَحْوُ : هَذَا، وَهَذِِهِ، وَهَؤُلَاءِ Isim mubham yang terdiri dari isim isarah, seperti هَذَا, هَذِِهِ (ini), dan isim mausul.seperti الَّذِيْ , الَّتِيْ 4) وَالْاِسْمُ الَّذِيْ فِيْهِ الْأَلِفُ وَاللَّامُ، نَحُوْ : الرَّجُلُ، وَالْغُلَامُ Isim yang terdapat di dalamnya ال sepeti الرَّجُلُ، وَالْغُلَامُ 5) وَمَا أُضِيْفَ إِلَى وَاحِدٍ مِنْ هَذِهِ الْأَرْبَعَةِ Dan isim-isim yang di idofatkan(digabungkan)pada isim-isim yang 4 ini. Seperti: غُلَامِي (yang diidofatkan dengan isim domir) غُلَامُ زَيْدٍ (yang diidofatkan dengan isim alam) غُلَامُ هَذَا (yang diidofatkan dengan isim isarah) غُلَامُ الَّذِيْ قَامَ أَبُوْهُ (yang diidofatkan dengan isim mausul) غُلَامُ الرَّجُلِ (yang diidofatkan dengan isim yang dimasuki ال )  Sedangkan definisi isim nakirah ialah; وَالنَّكِرَةُ كُلُّ اسْمٍ شَائِعٍ فِي جِنْسِهْ، لَا يَخْتَصُّ بِهِ وَاحِدٌ دُوْنَ آخَرَ   Isim nakirah adalah setiap kalimat isim/kata benda yang mencakup seluruh jenisnya, yang tidak menjadi ketentuan salah satunya, atau yang lain, seperti” رَجُلٌ “seorang laki-laki, dan tertuju pada sipa saja asalkan laki-laki. وَتَقْرِيْبُهُ كُلُّ مَا صَلَحَ دُخُوْلُ اْلأَلِفِ وَاللَّامِ عَلَيْهِ، نَحْوُ : الرَّجُلُ، وَالْغُلَامُ Dan untuk mempermudah mengetahuinya adalah: setiap isim yang layak dan pantas dimasuki alif-lam, seperti; رَجُلٌ dan عَاقِلٌ lafadz-lafadz ini pantas dan layak dimasuki alif-lam, seperti di ucapkan’’ الرَّجُلِdan الْعَاقِلُ. بَابُ العَطْفِ Bab a’taf A’taf yang dituju dalam bab ini adalah a’taf nasaq. Yang pengertiannya: A’taf nasaq: adalah suatu kalimat yang selalu mengikuti kalimat lain, yang diikutinya, dengan memakai perantaraan salah satu huruf a’taf , seperti; جَاءَ زَيْدٌ وَعَمْرٌو (telah datang Zaid dan Amrun).

 Catatan: dalam a’taf ada :
 a) ma’tuf (lafadz yang di jadikan a’taf) 
b) Ma’tuf a’laih (lafadz yang dijadikan rujukan ma’tuf)
 c) Huruf a’taf 
d) amil

 Dalam contoh tadi” جَاءَ merupakan amil yang merafa’kannya.
  زَيْدٌ ma’tuf a’laih 
 وَ huruf a’taf 
 عَمْرٌو ma’tuf 
وَحُرُوْفُ الْعَطْفِ عَشَرَةٌ، وَهِيَ : اَلْوَاوُ وَالْفَاءُ وَثُمَّ وَ أَوْ وَأَمْ وَ إِمَّا وَبَلْ وَلَا وَلَكِنْ وَحَتَّى فِي بَعْضِ الْمَوَاضِعِ 
Dan huruf-huruf a’taf itu ada 10 yaitu:
 1) وَseperti dalam ucapan;” جَاءَ زَيْدٌ وَعَمْرٌو 2) فَ seperti dalam ucapan;” جَاءَ زَيْدٌ فَعَمْرٌو 3) ثُمَّ seperti dalam ucapan;” جَاءَ زَيْدٌ َثُمَّ عمرٌو 4) أَوْ seperti dalam ucapan;” جَاءَ زَيْدٌ أَوْ عمرٌو 5) أَمْ seperti dalam ucapan;” جَاءَ زَيْدٌ َأَمْ عمرٌو 6) إِمَّا seperti dalam ucapan;” فَإِمَّا مَنَّاً بَعْدُ وإِمَّا فِدَاءٍ 7) بَلْ seperti dalam ucapan;” مَا جَاءَ زَيْدٌ بَلْ عَمْرٌو 8) لَا seperti dalam ucapan;” جَاءَ زيدٌ لَا عَمْرٌو 9) لَكِنْ seperti dalam ucapan مَا جَاءَ زَيْدٌ لَكِنْ عَمْرٌو 10) حَتَّى seperti dalam ucapan;” أَكَلْتُ السَّمَكَةَ حَتَّى رَأْسَهَا Catatan: Untuk حَتَّى digunakan dalam mengatafkan sebagian dari beberapa bagian yang lainya. Seperti halnya kata رَأْسَهَا merupakan sebagian,dari السَّمَكَةَ yang merupakan satu kesatuan dari beberapa bagiannya yang lain. Akan lebih mudah bila diucapkan bahwa حَتَّى digunakan dalam mengatapkan ma’tuf yang merupakan sebagian dari ma’tuf a’laihnya." مَا كَانَ مَا بَعْدَهَا بَعْضاً مِمَّا قَبْلَهَا “ (فَإِنْ عَطَفْتَ بِهَا عَلَى مَرْفُوْعٍ رَفَعْتَ) Jika kamu mengatapkan dengan huruf-huruf a’taf yang sepuluh tadi, terhadap kalimat yang dirafa’kan, maka rafa’kan saja ma’tuf nya!. (أَوْ عَلَى مَنْصُوْبٍ نَصَبْتَ، Atau kamu mengataf kan pada kalimat yang dinasabkan, maka nasabkan saja ma’tuf nya!. أَوْ عَلَى مَخْفُوْضٍ خَفَضْتَ، Atau kamu mengataf kan pada kalimat yang dihofadkan, maka hofadkan saja ma’tuf nya!. أَوْ عَلَى مَجْزُوْمٍ جَزَمْتَ، Atau kamu mengataf kan pada kalimat yang dijazmkan, maka jazmkan saja ma’tuf nya!. تَقُوْلُ : قَامَ زَيْدٌ وَعَمْرٌو، وَرَأَيْتُ زَيْداً وَعَمْراً، وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ وَعَمْرٍو وَزَيْدٌ لَمْ يَقُمْ وَلمْ يقعُدْ) Kamu bisa mengucapkan untuk memberikan contoh-contohnya” قَامَ زَيْدٌ وَعَمْرٌو، وَرَأَيْتُ زَيْداً وَعَمْراً، وَمَرَرْتُ بِزَيْدٍ وَعَمْرٍو وَزَيْدٌ لَمْ يَقُمْ وَلمْ يقعُدْ والله سبحانه وتعالى أعلم . بَابُ التَّوْكِيْدِ Taukid: adalah suatu kalimat yang mengikuti kalimat lain yang berfungsi untuk menghilangkan kemungkinan-kemungkinan lain yang tidak di maksud dari suatu ucapan. seperti dalam ucapan; زَيْدٌ جَاءَ dalam ucapan ini, bisa memberi pengertian;’’mungkin yang datang itu surat nya Zaid, atau mungkin utusannya atau yang lainnya’’apabila di ucapkan dengan memakai taukid, seperti di ucapkan; جَاءَ زَيْدٌ نَفْسُهُ(telah datang Zaid (pribadinya sendiri) ), maka hilanglah kemungkinan-kemungkinan tadi. (اَلتَّوْكِيْدُ تَابِعٌ لِلْمُؤَكَّدِ فِي رَفْعِهِ وَنَصْبِهِ وَخَفْضِِهِ وَتَعْرِيْفِهِ وَيَكُوْنُ بِأَلْفَاظٍ مَعْلُوْمَةٍ، وَهِيَ : النَّفْسُ وَالْعَيْنُ وَكُلُّ وَأَجْمَعُ وَتَوَابِعُ أَجْمَعِ، وَهِيَ : أَكْتَعُ، وَأَبْتَعُ، وَأَبْصَعُ) Penguat atau taukid merupakan suatu lafadz yang selalu mengitu lafadz lain yang di ikutinya, yaitu mengikuti dalam I’rob rafa’ , nasab, khofad, dan ma’rifatnya. Dan biasanya taukid itu mempergunakan lafadz-lafadz yang telah maklum diketahui, yaitu;’’ 1) النَّفْسُseperti dalam ucapan;’’ جَاءَ زَيْدٌ نَفْسُهُ , رَأَيْتُ زَيْداً نَفْسَهُ , مَرَرْتُ بِزَيْدٍ نَفْسِهِ 2) الْعَيْنُ seperti dalam ucapan;’’ جَاءَ زَيْدٌ عَيْنُهُ 3) كُلُّ seperti dalam ucapan;’’ جَاءَ الْقَوْمُ كُلُّهُمْ 4) أَجْمَعُ seperti dalam ucapan;’’ جَاءَ الْقَوْمُ أَجْمَعُ، وَهِيَ : Dan Pengikut-pengikut أَجْمَعُ yang tidak lainadalah أَكْتَعُ , أَبْتَعُ .dan أَبْصَعُ seperti dalam ucapan;’’ جَاءَ الْقَوْمُ أَجْمَعُوْنَ أَكْتَعُوْنَ ،أَبْتَعُوْنَ أَبْصَعُوْنَ تَقُوْلُ : قَامَ زَيْدٌ نَفْسُهُ وَرَأَيْتُ الْقَوْمَ كُلَّهُمْ وَمَرَرْتُ بِالْقَوْمِ أَجْمَعِيْنَ Kamu bisa ucap kan dalam memberikan contoh-contohnya; قَامَ زَيْدٌ نَفْسُهُ telah berdiri Zaid, pribadinya رَأَيْتُ الْقَوْمَ كُلَّهُمْ aku telah melihat satu kaum,semuanya. مَرَرْتُ بِالْقَوْمِ أَجْمَعِيْنَ ku telah lewat berjalan bertemu dengan satu kaum,semuanya. والله سبحانه وتعالى أعلم . بَابُ الْبَدَلِ Bab badal Badal: adalah kalimat yang selalu mengikuti kalimat lain, yang dituju dengan hukum ketetapan dalam satu perkataan, dengan tidak menggunakan perantara antara kalimat tersebut dan kalimat yang diikutinya, seperti: جَاءَ زَيْدٌ أَخُوْكَ (telah datang Zaid yang tidak lain adalah, saudara laki-laki mu)
. إِذَا أُبْدِلَ اسْمٌ مِنِ اسْمٍ) (أَوْ فِعْلٌ مِنْ فِعْلٍ تَبِعَهُ فِي جَمِيْعِ إِعْرَابِهِ)
 Jika dijadikan badal (pengganti yang dituju oleh hukum/ketetapan)satu kalimat isim dari kalimat isim yang lainnya, atau satu kalimat fi'il dari kalimat fi'il yang lainnya, maka kalimat yang ke-2(badal) mengikuti kalimat yang pertama (mubdal-minhu) dalam semua i'robanya, (rafa’, nasab, khofad dan jazm Seperti:’’ جَاءَ زَيْدٌ أَخُوْكَ، رَأَيْتُ زَيْدًا أَخَاكَ، مَرَرْتُ بِزَيْدٍ أَخِيْكَ، رَجَعَ زَيْدٌ ذَهَبَ إِلَى بَيْتِهِ، إِنْ تُصَلِّ تَسْجُدْ للهِ يَرْحَمْكَ وَهُوَ أَرْبَعَةِ أَقْسَامٍ : Dan badal ini terbagi 4 bagian: 1) بَدَلُ الشَّئْ ِمِنَ الشَّئِْ Badal syai min syai/kul min kul/ mutobiq, yaitu badal yang keberadaan lafadz kedua merupaka dzatiah lafadz yang pertama dalam makna pengertian. Seperti;’’ قامَ زَيْدٌ أَخُوْكَ telah berdiri Zaid, saudara mu, maksudnya, orangnya itu-itu juga. 2) وَبَدَلُ الْبَعْضِ مِنَ الْكُلِّ Badal ba’di minal kul yaitu badal yang keberadaan lafadz kedua merupakan sebagian dari lafadz yang pertama dalam makna pengertian. Seperti;’’ أَكَلْتُ الرَّغِيْفَ ثُلْثَهُ aku telah memakan roti,1/3 nya, yang di makan hanya 1/3 dari roti tidak semuanya. 3) وَبَدَلُ اْلاِشْتِمَالِ Badal isytimal yaitu badal yang keberadaan lafadz kedua memiliki hubungan keterkaitan dengan lafadz yang pertama, dan hubungan itu bukan hubungan sebagian dengan keseluruhan, akan tetapi lafadz yang pertama dalam sisi makna pengertiannya merupakan sesuatu yang mencakup dan meliputi lafadz ke-2. Seperti:’’ نَفَعَنِي زَيْدٌ عِلْمُهُZaid telah bermanfaat terhadapku, ilmunya. Ilmu merupakan sesuatu yang diliputi oleh diri seseorang, yang bisa bermanfaat bagi orang lain. 4) وَبَدَلُ الْغَلَطِ
 Dan badal gholat. yaitu badal/pergantian kalimat dalam badal tersebut diucapkan kalimat yang pertama kemudian diucapkan lagi kalimat yang kalimat-2 untuk mengganti yang kalimat yang pertama,karna dianggap salah dalam pengucapan, Seperti;’’ رَأَيْتُ زَيْداً الْفَرَسَaku telah melihat Zaid,eh! Kuda
 نَحُوْ قَوْلِكَ : قَامَ زَيْدٌ أَخُوْكَ وَأَكَلْتُ الرَّغِيْفَ ثُلْثَهُ وَنَفَعَنِي زَيْدٌ عِلْمُهُ وَرَأَيْتُ زَيْداً الْفَرَسَ 
Untuk contoh-contoh badal kalau di susunkan dari pertama sampai terakhir, itu seperti ucapanmu:’’ قَامَ زَيْدٌ أَخُوْكَ وَأَكَلْتُ الرَّغِيْفَ ثُلْثَهُ وَنَفَعَنِي زَيْدٌ عِلْمُهُ وَرَأَيْتُ زَيْداً الْفَرَسَ dalam contoh badal gholat tadi,’’ وَرَأَيْتُ زَيْداً الْفَرَسَ ‘’. (أَرَدْتَ أَنْ تَقُوْلَ : الْفَرَسَ فَغَلَطْتَ فَأَبْدَلْتَ زَيْداًً مِنْهُ)
 Awlanya kamu akan mengucapkan” aku telah melihat kuda, akan tetapi terjadi kesalahan dalam pengucapan mu, sehingga yang kamu ucapkan زَيْداً sebagai pengganti dari ucapan الْفَرَسَ والله سبحانه وتعالى أعلم . بَابُ مَنْصُوبَاتِ الأَسْمَاءِ 

Bab kalimat – kalimat yang dinasabkan اَلْمَنْصُوْبَاتُ خَمْسَةَ عَشَرَ، وَهِيَ : اَلْمَفْعُوْلُ بِهِ وَالْمَصْدَرُ وَظَرْفُ الزَّمَانِ وَظَرْفُ الْمَكَانِ وَالْحَالُ. وَالتَّمْيِيْزُ. وَالْمُسْتَثْنَى. وَاسْمُ لَا. وَالْمُنَادَى. وَخَبَرُ كَانَ وَأَخْوَاتِهَا. وَاسْمُ إِنَّ وَأَخْوَاتِهَا .وَالْمَفْعُوْلُ مِنْ أَجْلِهِ. وَالْمَفْعُوْلُ مَعَهُ Kalimat – kalimat yang di nasabkan itu ada 15, yaitu; 1) Maf’ul bih. Contoh ; ضَرَبْتُ زَيْداً، 2) Masdar Contoh ; ضَرَبْتُ ضَرْباً 3) Dzorof zaman Contoh ; صُمْتُ الَْيَوْمَ 4) Dzorof makan Contoh ; جلَسْتُ أَمَامَ اْلكَعْبَةِ 5) Hal Contoh ; جَاءَ زَيْدٌ رَاكِباً 6) Tamyiz Contoh ; وَفَجَّرْنَا اْلأرْضَ عُيُونَاً 7) Mustastna Contoh ; قَامَ الْقَوْمُ إِلَّا زَيْداً 8) Isim لَا Contoh ; لَا غُلَامَ رَجُلٍ حَاضِرٌ 9) Munada Contoh ; يَا غَلَامَ زَيْدٍ 10) Khobar كَانَ dan temannya. Contoh كَانَ زَيْدٌ قَائِماً 11) Isim إِنَّ dan temannya. Contoh ; ،; إِنَّ زَيْداً قَائِمٌ 12) Maf’ul min-ajlih. Contoh قَامَ زَيْدٌ إِجْلَالاً لِعَمْرٍو 13) Maf’ul ma’ah. Contoh سِرْتُ وَالنَّيْلَ وَالتَّابِعُ لِلْمَنْصُوْبِ، وَهُوَ; أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ : النَّعْتُ وَالْعَطْفُ وَالتَّوْكِيْدُ وَالْبَدَلُ 14) Kalimat yang mengikuti kalimat lain yang di nasabkan, dan itu 4 macam; a) na’at. Contoh; رَأَيْتُ زَيْداً الْعَاقِلَ b) a’taf. Contoh; رَأَيْتُ زَيْداً وعَمْراً c) taukid. Contoh; رَأَيْتُ زَيْداً نَفْسَهُ d) badal. Contoh; رَأَيْتُ زَيْداً أَخَاكَ catatan; Mushonif mengatakan bahwa’’ isim-isim yang dinasabkan itu 15, akan tetapi aku hanya mampu menghitungnya 14, entah lah, aku tak tahu pasti, apa yang maksud oleh beliau, mungkin saja bahasa majaz yang dipergunakan, atau ada yang tidak tertulis dalam naskah yang ku miliki, atau mungkin menguji kita, agar hati-hati dalam mencermati semua masalah yang kita hadapi. والله سبحانه وتعالى أعلم . بَابُ الْمَفْعُولِ بهِ Bab maf’ul bih (وَهُوَ الْاِسْمُ الْمَنْصُوْبُ الَّذِيْ يَقَعُ بِهِ الْفِعْلُ نَحُوْ : ضَرَبْتُ زَيْداً، وَرَكِبْتُ الْفَرَسَ Maf’ul: ialah kalimat isim/yang dianggap seolah-olah isim yang dinasabkan dan dikenai/tertimpa akibat dari suatu pekerjaan. (obyek),seperti: kataزَيْداً dan الْفَرَسَ dalam ucapan ضَرَبْتُ زَيْداًً (aku telah memukul Zaid) danَركِبْتُ الفرَسَ (aku telah menunggangi kuda) عَجِبْتُ أَنْ يَضْرِبَ زَيْدٌ عَمْرًا (aku takjub pada pukulan Zaid terhadap Amar). (وَهُوَ عَلَى قِسْمَيْنِ : ظَاهِرٌ، وَمُضْمَرٌ) Dan maf’ul bih ini terbagi 2 , sama halnya dengan fa’il, yaitu; a) maf'ul bih yang berbentuk kalimat isim dohir, b) dan maf'ul bih yang berbentuk kalimat isim domir. (فَالظَّاهِرُ مَا تَقَدَّمَ ذِكْرُهُ) Adapun maf'ul bih yang berpenampilan kalimat isim dohir itu telah berlalu di ceritakan contoh nya tadi. Yaitu;’ ضَرَبْتُ زَيْداً, danَركِبْتُ الفرَسَ serta عَجِبْتُ أَنْ يَضْرِبَ زَيْدٌ عَمْرًا (وَالْمُضْمَرُ قِسْمَانِ) Sedangkan maf'ul bih yang bernampilan kalimat isim domir itu terbagi dua; (: مُتَّصِلٌ وَمُنْفَصِلٌ) Maf'ul bih kalimat isim domir muttasil . Dan maf'ul bih kalimat isim domir munfasil . (فَالْمُتَّصِلُ اثْنَا عَشَرَ، نَحْوُ قَوْلَكَ : ضَرَبَنِي وَضَرَبَنَا وَضَرَبَكَ وَضَرَبَكِ وَضَرَبَكُمَا وَضَرَبَكُمْ وَضَرَبَكُنَّ وضَرَبَهُ وَضَرَبَهَا وَضَرَبَهُمَا وَضَرَبَهُمْ وَضَرَبَهُنَّ) Adapun maf'ul bih yang berpenampilan kalimat isim domir muttasil itu ada 12,yaitu; no contoh amilnya domir keterangan 1 ضَرَبَني ضَرَبَ ي untuk kata ganti orang pertama tunggal 2 ضربَنَا ضربَ نَا untuk kata ganti orang pertama jama’ 3 ضربَكَ ضربَ ك untuk kata ganti orang ke-2 tunggal (laki-laki) 4 ضَرَبَكِ ضَرَبَ ك untuk kata ganti orang orang ke-2 tunggal (perempuan) 5 ضَرَبَكُما ضَرَبَ ك untuk kata ganti orang orang ke-2(2orang laki-laki/perempuan) 6 ضَرَبَكُم ضَرَبَ ك untuk kata ganti orang ke-2 jama’ (laki-laki) 7 ضَرَبَكُنَّ ضَرَبَ ك untuk kata ganti orang ke-2 jama’ (perempuan) 8 ضَرَبَهُ ضَرَبَ هـ untuk kata ganti orang ke-3 tunggal(laki-laki) 9 ضَرَبَها ضَرَبَ هـ untuk kata ganti orang ke-3 tunggal(perempuan) 10 ضَرَبَهُما ضَرَبَ هـ untuk kata ganti orang ke-3 (2 orang laki-laki/perempuan)
 11 وضربهم ضَرَبَ هـ untuk kata ganti orang ke-3 jama’ (laki-laki) 12 وضربهن ضَرَبَ هـ untuk kata ganti orang ke-3 jama’ (perempuan) (وَالْمُنْفَصِلُ اِثْنَا عَشَرَ، نَحْوُ قَوْلِكَ : إِيَّايَ (وإِيَّانا) (وإِيَّاكَ) (وإِيَّاكِ) (وإِيَّاكُما) (وإِيَّاكُم) (وإِيَّاكُنّ) (وإِيَّاه) (وإِيَّاها) (وإِيَّاهما) (وإِيَّاهم (وإِيَّاهن) Sedangkan maf'ul bih yang berpenampilan kalimat isim munfasil juga ada 12, yaitu; no contoh amil domir keterangan 1 مَا أَكْرَمْتَ إِلَّا إِيَّايَ أَكْرَمَ إياي untuk kata ganti orang pertama tunggal 2 مَا أَكْرَمْتَ إِلَّا إِيَّانا أَكْرَمَ إيانا untuk kata ganti orang pertama jama’ 3 مَا أَكْرَمْتَ إِلَّا إِيَّاكَ أَكْرَمَ إياكَ untuk kata ganti orang ke-2 tunggal (laki-laki) 4 مَا أَكْرَمْتَ إِلَّا إِيَّاكِ أَكْرَمَ إياكِ untuk kata ganti orang orang ke-2 tunggal (perempuan) 5 مَا أَكْرَمْتَ إِلَّا إِيَّاكُما أَكْرَمَ إياكُما untuk kata ganti orang orang ke-2 (2orang laki-laki/perempuan) 6 مَا أَكْرَمْتَ إِلَّا إِيَّاكُم أَكْرَمَ إياكُم untuk kata ganti orang ke-2 jama’ (laki-laki) 7 مَا أَكْرَمْتَ إِلَّا إِيَّاكُنّ أَكْرَمَ إياكُنّ untuk kata ganti orang ke-2 jama’ (perempuan) 8 مَا أَكْرَمْتَ إِلَّا إِيَّاه أَكْرَمَ إياه untuk kata ganti orang ke-3 tunggal(laki-laki) 9 مَا أَكْرَمْتَ إِلَّا إِيَّاهَا أَكْرَمَ إياها untuk kata ganti orang ke-3 tunggal(perempuan) 10 مَا أَكْرَمْتَ إِلَّا إِيَّا هما أَكْرَمَ إياهما untuk kata ganti orang ke-3 (2 orang laki-laki/perempuan) 11 مَا أَكْرَمْتَ إِلَّا إِيَّاهم أَكْرَمَ إياهم untuk kata ganti orang ke-3 jama’ (laki-laki) 12 مَا أَكْرَمْتَ إِلَّا إِيَّاهن أَكْرَمَ إياهن untuk kata ganti orang ke-3 jama’ (perempuan) contoh nya seperti dalam ucapanmu; seperti dalam ucapan;’’ مَا أَكْرَمْتَ إِلَّا إِيَّايَ(kamu tak pernah memuliakan terkecuali hanya kepaku),مَا أُحِبُُّ إِلَّا إِيَّاكِ (aku takkan pernah mencitai terkeculi hanya kepadamu). Untuk contoh yang lainnya bikin aja sendiri, gampang lho! Gue cape, ah. Catatan :  إِيَّا dalam table diatas, semuanya merupakan domir munfasil yang di nasab kan.  ي dalam no 1 pada table merupakan hurup yang menunjukan pada kata ganti orang pertama tunggal  نَا dalam no 2 pada table merupakan hurup yang menunjukan pada kata ganti orang pertama jama’/tunggal yang menganggap dirinya agung.
  ك dalam no 3,4,5,6,7 pada table merupakan hurup yang menunjukan pada kata ganti orang ke-2 baik tunggal atau yang lainnya, baik untuk laki-laki, atau perempuan.
 a) مdalam ucapanإِيَّاكُمَاhuruf imad, dan alif nya huruf yang menunjukan pada bilangan 2. b) م dalam ucapanإِيَّاكُمْ huruf yang menunjukan pada laki-laki jama’/kumpulan laki-laki.
 c) ن dalam ucapanإِيَّاكُنَّ huruf yang menunjukan pada perempuan jama’/kumpulan wanita.
  هـ dalam no 8,9,10,11,12, pada table merupakan huruf yang menunjukan pada kata ganti orang ke 3 a) مdalam ucapanإِيَّاهُمَاhuruf imad, dan alif nya huruf yang menunjukan pada bilangan 2. b) م dalam ucapanإِيَّاهُمْ huruf yang menunjukan pada laki-laki jama’/kumpulan laki-laki. c) ن dalam ucapanإِيَّاهُنَّ huruf yang menunjukan pada perempuan jama’/kumpulan wanita. 

والله سبحانه وتعالى أعلم 

. بَابُ الْمَصْدَرِ

 Bab masdar
 وَهُوَ : الْاِسْمُ الْمَنْصُوْبُ الَّذِيْ يَجِئُ ثَالِثاً فِيْ تَصْرِيْفِ الْفِعْلِ، نَحْوُ قَوْلِكَ : ضَرَبَ يَضْرِبُ ضَرْباً
 Masdar/maf’ul mutlak: adalah suatu kalimat isim yang menunjukan makna pekerjaan yang dinasabkan, dan merupakan bentuk ketiga dari perubahan kalimat fi’il (tasrif), seperti ضَرْباً dalam ucapan “ ضَرَبَ زَيْدٌ ضَرْباً”.
 Dengan kata lain masdar: adalah suatu nama pekerjaan yang dinasabkan, dan merupakan bentuk ketiga dari perubahan kalimat (tasrif). Contoh : ضَرَبَ يَضْرِبُ ضَرْبًا وَهُوَ قِسْمَانِ : لَفْظِيٌّ وَمَعْنَوِيٌّ
 Dan masdar ini terbagi 2 : 1) masdar lafdzi 2) dan masdar ma’nawi فَإِنْ وَافَقَ لَفْظُهُ لَفْظَ فِعْلِهِ فَهُوَ لَفْظِيٌّ، نَحْوُ قَوْلِكَ : قَتَلْتُهُ قَتْلاً، Maka apabila lafadz masdar tersebut menyerupai/sama dengan lafadz fi'ilnya maka itu masdar lafadzi namanya, serti; قَتَلْتُهُ قَتْلاً وَإِنْ وَافَقَ مَعْنَى فِعْلِهِ دُوْنَ لَفْظِهِ فَهُوَ مَعْنَوِيٌّ، نَحْوُ : جَلَسْتُ قُعُوْداً، وَقُمْتُ وُقُوْفاً Dan jika masdar tersebut hanya menyerupai/sama dengan makna fi'ilnya saja,sedangkan lafadz nya tidak, maka itu masdar maknawi namanya. Seperti;” جَلَسْتُ قُعُوْداً، وَقُمْتُ وُقُوْفاً . Masdar lafadzi dariجَلَسْتُ adalah جُلُوْسًا bukan قُعُوْداً akan tetapi sama pengertiannya, yaitu duduk, maka jika lafadz قعوداً، jadi masdar dari lafadz جَلَسَ maka itu masdar maknawi namanya. Begitu pula halnya dengan قُمْتُ ,masdar lafadzinya adalah الْقِيَامُ akan tetapi sama pengertiannya dengan lafadz الْوُقُوْفُ yaitu diam berdiri.

 بَابُ ظَرْفِ الزَّمَانِ وَظّرْفِ الِمَكَانِ 
Bab dzorof zaman dan dzorof makan •
 (ظَرْفُ الزَّمَانِ) فِي اصْطِلَاحِ النُّحَاةِ (هُوَ اسْمُ الزَّماَنِ) الَّذِي يَقَعُ الْحَدَثُ فِيْهِ (الْمَنْصُوْبِ بِتَقْدِيْرِ فِيْ)
  Dzorof zaman: adalah nama waktu terjadinya suatu pekerjaan, yang dinasabkan dengan memperkirakan adanya makna فِيْ (di/didalam.). (نَحْوُ : الْيَوْمَ) (وَاللَّيْلَةَ (وَغُدْوَةً) (وَبُكْرَةً) (وَسَحْراً) (وَغَداً) (وَعَتَمَةً) (وَصَبَاحاً) (وَمَسَاءً) (وَأَبَداً) (وَأَمَداً) (وَحِيْناً) (وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ) seperti:
  يَوْمَ dalam ucapan صُمْتُ يَوْمَ الْخَمِيْسِ (aku telah berpuasa hari kamis) صُمْتُ فِي يَوْمِ الْخَمِيْسِ كَانَ التَّقْدِيْرُ maka perkiraan pengertiannya’’aku telah berpuasa di/didalam hari kamis’’
  اللَّيْلَةَ dalam ucapanاِعْتَكَفْتُ لَيْلَةَ الْجُمْعَةِ (aku telah ber i’tikap di malam jum’at)
  غُدْوَةً dalam ucapanأَزُوْرُكَ غُدْوَةً (aku akan betamu kepadamu di waktu pagi) 
 بُكْرَةً dalam ucapan أَزُوْرُكَ بُكْرَةً(aku akan betamu kepadamu di waktu pagi )
  سَحْرًاdalam ucapan أَجِيْئُكَ سَحْراً(aku akan datang kepadamu diwaktu sahur) 
 غَداً dalam ucapan أَجِيْئُكَ غَداً(aku akan datang kepadamu besok hari) 
 عَتَمَةً dalam ucapa أَجِيْئُكَ عَتَمَةً(aku akan datang kepadamu di sore hari) 
 صَبَاحاً dalam ucapan أَجِيْئُكَ صَبَاحاً(aku akan datang kepadamu di waktu pagi)  (مَسَاءً) dalam ucapan أَجِيْئُكَ مَسَاءً(aku akan datang kepadamu di sore hari)  أَبَداً dalam ucapan لَا أُكَلِّمُ زَيْداً أَبَداً(aku tak akan berbicara kepadamu selamanya).  أَمَداً dalam ucapan لَا أُكَلِّمُ زَيْداً أَمَداً(aku tak akan berbicara kepadamu selamanya).  حِيْناً dalam ucapan قَرَأْتُ حِيْناً(aku telah membaca dalam satu waktu) • وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ dan contoh –contoh yang lainnya. • (وَظَرْفُ الْمَكَانِ هُوَ اسْمُ الْمَكَانِ) الَّذِيْ يَقَعُ فِيْهِ الْحَدَثُ (الْمَنْصُوْبُ بِتَقْدِيْرِ فِيْ، نَحْوُ : أَمَامَ) (وَخَلْفَ) (وَقُدَّامَ) (وَوَرَاءَ) (وَفَوْقَ) (وَتَحْتَ) (وَعِنْدَ) (وَمَعَ) (وَإِزَاءَ) (وَحِذَاءَ) (وَتِلْقَاءَ) (وَهُنَا) (وَثَمَّ) (وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ)
 Dzorof makan: adalah nama tempat terjadinya suatu pekerjaan yang dinasabkan dengan memperkirakan makna فِيْ (di/didalam).seperti; 
 أَمَامَ dalam ucapan جَلَسْتُ أَمَامَ الشَيْخِ(aku telah duduk depan seorang guru) perkiraan pengertian nya ’’ aku telah duduk didepan seorang guru’’.  خَلْفَ dalam ucapan جَلَسْتُ خَلْفَهُ(aku telah duduk dibelakangnya).  قُدَّامَ dalam ucapan جَلَسْتُ وقُدَّامَ الشَّيْخِ(aku telah duduk didepan seorang guru).  وَرَاءَ dalam ucapan جَلَسْتُ وَرَاءَهُ (aku telah duduk dibelakangnya).  فَوْقَ dalam ucapan جَلَسْتُ فَوْقَ السُّطْحِ،(aku telah duduk diatas sutuh ).  تَحْتَ dalam ucapan جَلَسْتُ تَحْتَ السَقْفِ(aku telah duduk dibawah atap ). 
 عِنْدَdalam ucapan جَلَسْتُ عِنْدَ زَيْدٍ،(aku telah duduk didekat Zaid).
  مَعَ dalam ucapan رَكِبْتُ مَعَ زَيْدٍ(aku telah menunggang bersama Zaid).
  إِزَاءَ dalam ucapan جَلَسْتُ إِزَاءَ زَيْدٍ(aku telah duduk berhadapan dengan Zaid).
  حِذَاءَ dalam ucapan جَلَسْتُ حِذَاءَ زَيْدٍ(aku telah duduk didekat Zaid).
  تِلْقَاءَ dalam ucapan جَلَسْتُ تِلْقَاءَ زَيْدٍ(aku telah duduk berhadapan dengan Zaid).
  هُنَا dalam ucapan جَلَسْتُ هُنَا(aku telah duduk disini).
  ثَمَّ dalam ucapan جَلَسْتُ ثَمَّ،(aku telah duduk disana).
  وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَdan contoh –contoh yang lain.


 والله سبحانه وتعالى أعلم .

 بَابُ الْحَـــالِ 

Bab hal
 اَلْحَالُ هُوَ الْاِسْمُ الْمَنْصُوبُ الْمُفَسِّرُ لِمَا انْبَهَمَ مِنَ الْهَيْئَاتِ نَحْوُ : جَاءَ زَيْدٌ رَاكِباً وَرَكِبْتُ الْفَرَسَ مُسَرَّجاً وَلَقِيْتُ عَبْدَ اللهَ رَاكِباً وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ 
Hal: ialah setiap kalimat isim yang dinasabkan/atau jumlah yang menempati tempat nasab, yang menjelaskan tingkah perilaku/situasi dan kondisi yang tidak jelas. seperti;  جَاءَ زَيْدٌ رَاكِباً (telah datang Zaid dengan tingkah perilaku yang berkendaraan).  وَرَكِبْتُ الْفَرَسَ مُسَرَّجاً (aku telah menunggang kuda dalam situasi kuda memakai pelana)  وَلَقِيْتُ عَبْدَ اللهَ رَاكِباً(aku telah bertemu Zaid dalam situasi menunggang/berkendaraan), وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ dan contoh yang lainnya. Adapun syarat-syarat ketentuan hal adalah:  وَلَا يَكُوْنُ الْحَالُ إِلَّا نَكِرَةً  Takkan pernah terjadi hal terkecuali berpenampilan kalimat isim nakirah  وَلَا يَكُوْنُ إِلَّا بَعْدَ تَمَامِ الْكَلَاِم  Takkan pernah terjadi hal terkecuali setelah kalam pembicaraan sempurna  وَلَا يَكُوْنُ صَاحِبُهَا إِلَّا مَعْرِفَةً  Takkan pernah ada pemilik hal terkeculi merupakan isim ma’rifat . Catatan: Dalam sisi pengertian hal sama dengan na’at yaitu sama-sebagai sifat walaupun ketentuanya berbeda. Amil yang menasabkan hal, yaitu kalimat fi’il sebelumnya seperti lafadz جَاءَ pada ucapan” جَاءَ زَيْدٌ رَاكِباًdan lafadz رَكِبَ pada ucapan” رَكِبْتُ الْفَرَسَ مُسَرَّجاً serta lafadz لَقِيَ dalan ucapan” لَقِيْتُ عَبْدَ اللهَ رَاكِباً بَابُ الَّتْمِييزِ Bab tamyiz اَلتَّمْيِيْزُ هُوَ الْاِسْمُ الْمَنْصُوْبُ الْمُفَسِّرُ لِمَا انْبَهَمَ مِنَ الذَّوَاتِ نَحْوُ قَوْلِكَ : تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرْقاً وَتَفَقَأَ بَكْرٌ شَحْماً، وَطَابَ مُحَمَّدٌ نَفْساً وَاشْتَرَيْتُ عِشْرِيْنَ غَلَاماً وَمَلَكْتُ تِسْعِيْنَ نَعْجَةً وَزَيْدٌ أَكْرَمُ مِنْكَ أَباً وَأَجْمَلُ مِنْكَ وَجْهاً Tamyiiz: adalah setiap kalimat isim yang dinasabkan yang menjelaskan berbagai dzatiah atau hubungan keterkaitan yang tidak jelas. Seperti:”  تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرْقاًً (Zaid telah bercucuran keringatnya)
  وَتَفَقَأَ بَكْرٌ شَحْماً (Bakar telah merekah lemaknya)
  وَطَابَ مُحَمَّدٌ نَفْساً ( Muhmmad telah wangi badannya) 
 وَاشْتَرَيْتُ عِشْرِيْنَ غَلَاماً (aku telah membeli 20 budak belian)
  وَمَلَكْتُ تِسْعِيْنَ نَعْجَةً (ku telah memiliki 90 kambing) 
 وَزَيْدٌ أَكْرَمُ مِنْكَ أَباً (Zaid lebih mulia darimu bapaknya)
  وَأَجْمَلُ مِنْكَ وَجْهاً (dan lebih tanpan darimu wajahnya) Adapun syarat ketentuan tamyiz yang di ceritakan musonif/pengarang :” 1) وَلَا يَكُوْنُ إِلَّا نَكِرَةً Takkan pernah ada tamyiz terkecuali berpenampilan kalimat isim nakirah . 2) وَلَا يَكُوْنُ إِلَّا بَعْدَ تَمَامِ الْكَلَامِ Takkan pernah ada tamyiz terkecuali setelah sempurna kalam pembicaraan. Catatan: adapun amil tamyiz yaitu: a) Kalimat fi’il, seperti:’’ تَصَبَّبَ زَيْدٌ عَرْقاًً ‘’ ‘’ وَطَابَ مُحَمَّدٌ نَفْساً ‘’ b) Sibbeh fi’il, seperti:’’وَزَيْدٌ أَكْرَمُ مِنْكَ أَباً ‘’ ‘’ وَأَجْمَلُ مِنْكَ وَجْهاً’’ c) Bilangan, seperti:’’وَاشْتَرَيْتُ عِشْرِيْنَ غَلَاماً ‘’ ‘’ وَمَلَكْتُ تِسْعِيْنَ نَعْجَةً’’ d) Berbagai macam ukuran dan timbangan, seperti:’’ شِبْرٌ أَرْضًا’’ بَابُ الْاسْتِثْنَـاءِ

 Bab : pengecualian 
هُوَ الْإِخْرَاجُ بِإلَّا أَوْ إِحْدَى أَخْوَاتِهَا 

Ististna atau pengecualian dalam bahasa arab, merupakan pengecualian dengan manggunakan alat/adat pengecualian إلَّا atau adat-adat ististna yang lainya, seperti:” , غير،سِوًى ،سُوًى ،سَوَاءٌ حَاشَا ، خَلَا، عَدَا ، contoh:
” a. قَامَ الْقَوْمُ إِلَّا زَيْدا
 b. قَامَ الْقَوْمُ غَيْرَ زَيْدٍ 
c. قَامَ الْقَوْمُ سِوَى زَيْدٍ
 d. قَامَ الْقَوْمُ خَلَا زَيْداً
 e. قَامَ الْقَوْمُ عَدَا زَيْداً،
 f. قَامَ الْقَوْمُ حَاشَا زيداً 

(وَحُرُوْفُ الْاِسْتِثْنَاءِ ثَمَانِيَّةٌ، وَهِيَ : إِلَّا) نَحُوْ : قَامَ الْقَوْمُ إِلَّازَيْداً(وَغَيْرُ)(وَسِوًى وَسُوًى وَسَوَاءٌ) (وَخَلَا ، وَعَدَا ، وَحَاشَا)


 Dan huruf-huruf iststna itu sendiri ada 8 yang tidak lain:
 1) إِلَّاseperti:” قَامَ الْقَوْمُ إِلَّا زَيْداً(sekumpulan orang telah berdiri, terkecuali Zaid)
 2) غَيْرُ seperti:” قَامَ الْقَوْمُ غَيْرَ زَيْدٍ (sekumpulan orang telah berdiri, terkecuali Zaid)
 3) سِوى seperti:” قَامَ الْقَوْمُ سِوَى زَيْدٍ (sekumpulan orang telah berdiri, terkecuali Zaid)
 4) سُوى seperti:” قَامَ الْقَوْمُ سُوَى زَيْدٍ (sekumpulan orang telah berdiri, terkecuali Zaid) 
5) سَوَاء seperti:” قَامَ الْقَوْمُ سَوَاءَ زَيْدٍ (sekumpulan orang telah berdiri, terkecuali Zaid)
 6) خَلَا seperti:” قَامَ الْقَوْمُ خَلَا زَيْداً (sekumpulan orang telah berdiri, terkecuali Zaid)
 7) عَدَا seperti:” قَامَ الْقَوْمُ عَدَا عَمْراً، (sekumpulan orang telah berdiri, terkecuali Zaid)
 8) حَاشَا seperti:” قَامَ الْقَوْمُ حَاشَا بَكْراً 

(فَالْمُسْتَثْنَى بإِلَّا يُنْصَبُ إِذَا كَانَ الْكَلاَمُ تَامًّا مُوْجَباً نَحُوْ : قَامَ الْقَوْمُ إِلَّا زَيْداً وَخَرَجَ النَّاسُ إِلَّا عَمْراً)

 Adapun lafad-lafad yang di kecualikan/mustastna dengan menggunakan adat/alat pengecualian إلَّا , itu harus dinasabkan ,jika pengecualian tersebut berbentuk kalam tam mujab (kalimat positif yang sempurna), contoh: ’’ قَامَ الْقَوْمُ إلَّا زَيْداً (sekumpulan orang telah berdiri kecuali Zaid) ‘’ وَخَرَجَ النَّاسُ إِلَّا عَمْراً (orang-orang telah keluar kecuali Amron) (وَإِنْ كَانَ الْكَلَامُ مَنْفِيًّا تَامًّا، جَازَ فِيْهِ الْبَدَلُ وَالنَّصْبُ عَلَى الْاِسْتِثْنَاءِ نَحْوُ : مَا قَامَ الْقَوْمُ إلَِّازَيْدٌ وَزَيْداً) Dan,jika pengecualian tersebut berbentuk kalam tam manfi (kalimat negatif yang sempurna), maka boleh dalam masalah mustastnanya dijadikan badal atau di nasabkan ( karena tetap di jadikan pengecualian/ististna), contoh: مَا قَامَ الْقَوْمُ إِلَّازَيْدٌ (dirafa’kan jadi badal) مَا قَامَ الْقَوْمُ إِلَّا زيداً (dinasabkan jadi ististna) Catatan: menurut mayoritas orang arab:’’permasalahan mustastna/lafadz yang dikeculikan dalam kalam tam-manfi boleh dinasabkan jadi mustastna dan di rafa’kan/dijadikan badal, itu jika istisnanya ististna muttasil , tapi jika ististnanya istisna munqoti’ (bukan muttasil) maka wajib dinasabkan jadi ististna, tidak boleh dirafa’kan dijadikan badal’’. Contoh:’’ مَا قَامَ الْقَوْمُ إِلَّاحِمَاراً , tapi, menurut orang-orang Tamim, dalam istisna munqoti’ juga boleh dijadikan badal, contoh: ’ مَا قَامَ الْقَوْمُ إِلَّا حِمَارٌdirafa’kan jadi badal). (وَإِنْ كَانَ الْكَلَامُ نَاقِصاً كَانَ عَلَى حَسَبِ الْعَوَامِلِ نَحْوُ : مَا قَامَ إِلَّازَيْدٌ وَمَا مَرَرْتُ إِلَّابِزَيْدٍ) Dan,jika pengecualian tersebut berbentuk kalam naqis (belum sempurrna), maka keberadaan mustastna/lafadz yang dikeculikan harus tetap mengikuti dan memenuhi tuntutan amil-amilnya. Seperti:’’ مَا قَامَ إِلَّا زَيْدٌ وَمَا رَأَيْتُ إِلَّازَيْدًا وَمَا مَرَرْتُ إِلَّا بِزَيْدٍ (وَالْمُسْتَثْنَى بِغَيْرِ، وَسِوى، وَسُوى، وسَوَاءٍ مَجْرُوْرٌ لَا غَيْرُ) Adpun mustastna yang dikecualikan dengan menggunakan adat ististna غَيْرُ, وَسِوى، وَسُوى، وسَوَاءٍ itu harus di jarkan , tanpa kecuali. Seperti:’’ مَا قَامَ غَيْرُ زَيْدٍ، وَمَا رَأَيْتُ غَيْرَ زَيْدٍ، وَمَا مَرَرْتُ بِغَيْرِ زَيْدٍ، مَا قَامَ سِوَى زَيْدٍ، وَمَا رَأَيْتُ سِوَى زَيْدٍ، وَمَا مَرَرْتُ بِسِوَى زَيْدٍ، مَا قَامَ سُوَى زَيْدٍ، وَمَا رَأَيْتُ سُوَى زَيْدٍ، وَمَا مَرَرْتُ بِسُوَى زَيْدٍ، مَا قَامَ سَواءُ زَيْدٍ، وَمَا رَأَيْتُ سَوَاءَ زَيْدٍ، وَمَا مَرَرْتُ بِسِوَاءِ زَيْدٍ، (وَالْمُسْتَثْنَى بِخَلَا، وَ عَدَا ، وَحَاشَا، يَجُوْزُ نَصْبُهُ وَجُرُّهُ، نَحُوْ : قَامَ الْقَوْمُ خَلَا زَيْداً وَزَيْدٍ)
 Dan mustastna yang dikecualikan dengan menggunakan adat ististna ‘’ خَلَا ، عَدَا، حَاشَا ,itu boleh dinasabkan atau dijarkan. Seperti:’’
 a) قَامَ الْقَوْمُ خَلَا زَيْداً (dinasabkan)
 b)danزَيْدٍ قَامَ الْقَوْمُ خَلَا (dijarkan)


 بَابُ لَا 

(اِعْلَمْ أَنَّ لَا تَنْصِبُ النَّكِرَاتِ بِغَيْرِ تَنْوِيْنِ، إِذَا بَاشَرَتِِ النَّكِرَةَ وَلَمْ تَتَكَرَّرْ لَا) نَحُوْ : لَا رَجُلَ فِي الدَّارِ

 Ketahuilah: bahwa sesungguh nya لَا (nafi- jinsi)itu, berfungsi menasabkan berbagai macam isim nakirah tanpa tanwin , dengan syarat ketentuan:
 a. melekat langsung pada isim nakirah.
 b. لَا tidak di ucap 2x atau lebih. Contoh: لَا رَجُلَ فِي الدَّارِ(tiada seorang lelaki pun yang tetap tinggal di rumah).

 Dari 2 syarat ketentuan ini, kita dapat memahami bahwa:
 فَإِنْ لَمْ تُبَاشِرْهَا وَجَبَ الرَّفْعُ وَوَجَبَ تَكْرَارُ لَا) نَحْوُ : لَا فِي الدَّارِ رَجُلٌ وَ لَا امْرَأَةٌ
 a. Jika لَا tersebut tidak melekat langsung pada isim nakirah, maka لَاtersebut tidak berfungsi menasabksn isim nakirah , akan tetapi, isim nakirah tersebut wajib di rafa’kan, dan لَا nya wajib di ucapkan lagi/diulang. Contoh: لَا فِي الدَّارِ رَجُلٌ وَ لَا امْرَأَةٌ (tiada seorang pun yang tinggal dirumah, baik laki-laki maupun perempuan)
.
 فَإِنْ تَكَرَّرَتْ جَازَ إِعْمَالُهَا وَإِلْغَاؤُهَا

 b. Jika terjadi per-ulangan terhadap لَا ,walaupun melekat langsung pada isim nakirahnya, maka لَا tersebut boleh digunakan menasabkan isim nakirahnya, dan juga boleh dibiarkan begitu saja,(tidak berfungsi). Seperti dalam ucapan; لَا رَجُلَ فِي الدَّارِ وَلَا امْرَأَةَ. لَا رَجُلٌ فِي الدَّارِ وَلَا امْرَأَةٌ. فَإِنْ شِئْتَ قُلْتَ لَا رَجُلَ فِي الدَّارِ وَلَا امْرَأَةَ) (وَإِنْ شِئْتَ قُلْتَ : لَا رَجُلٌ فِي الدَّارِ وَلَا امْرَأَةٌ) Jika kamu mau boleh mengucapkan لَا رَجُلَ فِي الدَّارِ وَلَا امْرَأَةَ (di baca nasab tanpa tanwin),boleh juga mengucapkan:” لَا رَجُلٌ فِي الدَّارِ وَلَاامْرَأَةٌ (dibaca rafa’).

 بَابُ الْمُنَـادَى

 (اَلْمُنَادَى خَمْسَةُ أَنْوَاعٍ : الْمُفْرَدُ الْعَلَمُ، وَالنَّكِرَةُ الْمَقْصُوْدَةُ، وَالنَّكِرَةُ غَيْرُ الْمَقْصُوْدَةِ، وَالْمُضَافُ، 

وُالْمُشَبَّهُ بِالْمُضَافِ) 
Munada atau sebutan / nama yang dipanggil dalam bhs arab, itu terbagi 5 bagian:
 1) Munada mufrod alam, contoh; يَازَيْدُ (hei! Zaid) يَا عُمَرُ (hei! Umar).
 2) Munada nakirah maksudah, contoh nya seperti ucapan seseorang yang memanggil orang lain, yang belum diketahui namanya; يَا رَجُلُ (hei! Cowo). يَا جَرِيَّةُ (hei! Gadis).
 3) Munada nakirah ghoir maksudah, seperti ucapan orang buta yang meminta tolong untuk nyebrang, sementara tidak mengenal siapa- siapa;’’يَا رَجُلًا خُذْ بِيَدِي ‘’ (hei! Lelaki!, peganglah tangan ku!). sementara tidak mengenal siapa-siapa;’’
 4) Munada mudof, contoh; يَا غَلَامَ زَيْدٍ (hei! Anak buah Zaid)
 5) Munada sibeh mudof, contoh; يَا طَالِعًا جَبَلًا(hei! Pendaki-gunung)

 (فَأَمَّا الْمُفْرَدُ الْعَلَمُ، وَالنَّكِرَةُ الْمَقْصُوْدَةُ) اَيْ سَوَاءٌ كَانَتْ إِسْمًا مُفْرَدًا أَوْجَمْعَ تَكْسِيْرٍ أَوْ جَمْعَ تَأْنِيْثٍ، (فَيُبْنَيَانِ عَلَى الضَّمِّ) أَيْ أَنَّ كُلًّا يُبْنَى عَلَى مَا يُرْفَعُ بِهِ , فَيُبْنَى عَلَى الضَّمِّ (مِنْ غَيْرِ تَنْوِيْنِ)، إِذَا كَانَ إسْمًا مُفْرَدًا أَوْ جَمْعَ تَكْسِيْرٍ أَوْ جَمْعَ تَأْنِيْثٍ نَحُوْ : يَا زَيْدُ، وَيَا رَجُلُ وَيَا الرِّجَالُ، وَياَ رِجَالُ، وَيَاهِنْدَاتُ، وَيَا مُسْلِمَاتُ. وَالْمُثَنَّى يُبْنَى عَلَى الْأَلِفِ نَحْوُ : يَا زَيْدَانِ ، ، وَجَمْعُ الْمُذَكَّرِ السَّالِمُ يُبْنَى عَلَى الْوَاوِ،نَحُوْ وَيَا زَيْدُوْنَ .
 Adapun munada mufrod alam dan nakirah 
maksudah, maka semuanya harus di mabnikan pada tanda/almat rafa’nya masing-masing. Oleh karena itu, jika munadanya berbentuk isim mufrod, jamak taksir, atau jamak muanas, maka di mabnikan pada harkat domah tanpa tanwin, seperti; يَا زَيْدُ، وَيَا رَجُلُ ، وَيَا الرِّجَالُ، وَياَ رِجَالُ، وَيَاهِنْدَاتُ، وَيَا مُسْلِمَاتُ Sedangkan isim tastniyah, dimabnikan pada alif, contoh; يَا زَيْدَانِ dan jamak mudzakar salim di mabnikan pada wawu, contoh; يَا زَيْدُوْنَ. (وَالثَّلَاثَةُ الْبَاقِيَةُ مَنْصُوْبَةٌ لَا غَيْرُ) نَحْوُ : يَا رَجُلاً خُذْ بِيَدِي، وَيَا غَلَامَ زَيْدٍ، وَيَا طَالِعاً جَبَلاً، فَكُلٌّ مِنْهَا مُنَادَى مَنْصُوْبٌ بِالْفَتْحَةِ الظَّاهِرَةِ، وَزَيْد مُضَافٌ لِغُلَام، وَجَبَلاً مَفْعُوْلٌ لِطَالِعاً، والله سبحانه وتعالى أعلم . Untuk munada yang 3 lagi, yaitu; munada nakirah ghoir maksudah, munada mudof, dan munada sibeh mudof, itu harus di nasabkan tanpa keculi, contoh:
 1) Munada nakirah ghoir maksudah
 يَارَجُلًاخُذْ بِيَدِي 2) munada mudof;
 يَا غَلَامَ زَيْدٍ 3) Munada sibeh mudof; يَا طَالِعاً جَبَلاً

 Catatan:
 yang di maksud mufrod, mudof, sibeh mudof disini , sama dengan mufrod, mudof, sibeh mudof dalam bab لَا nafi-jinsi.

 بَابُ الْمَفْعُوْلِ مِنْ أَجْلِهِ

 Bab maf’ul min ajlih

 (وَهُوَ اْلِاسْمُ الْمَنْصُوْبُ الَّذِيْ يُذْكَرُ بَيَاناً لِسَبَبِ وُقُوِعِ الْفِعْلِ، نَحُوْ : قَامَ زَيْدٌ إِجْلَالاً لِعَمْرٍو وَقَصَدْتُكَ اِبْتِغَاءً مَعْرُوْفِكَ)
 Maf'ul min-ajlih adalah; setiap kalimat isim yang di nasabkan diceritakan untuk menjelaskan sebab alesan terjadinya suatu pekerjaan.
 Contoh ;
  قَامَ زَيْدٌ إِجْلَالاً لِعَمْرٍو “Zaid telah berdiri karena (sebab alesan) menghormati Amrin”
  وَقَصَدْتُكَ اِبْتِغَاءً مَعْرُوْفِكَ “aku bermaksud kepadamu karena (sebab alesan) menharapkan kebaikanmu”

. والله سبحانه وتعالى أعلم

 . 
بَابُ الْمَفْعُوْلِ مَعَهُ

 Bab maf’ul ma’ah

 َهُوَ الْاِسْمُ الْمَنْصُوْبُ الَّذِيْ يُذْكَرُ لِبَيَانِ مَنْ فُعِلَ مَعَهُ الْفِعْلُ نَحْوُ : جَاءَ الْأَمِيْرُ وَالْجَيْشَ وَاسْتَوَى الْمَاءُ وَالْخَشْبَةَ 
Yang dinamakan dengan maf’ul ma’ah adalah setiap kalimat isim yang dinasabkan diceritakan untuk menjelaskan satu dzatiah, bersamaan dengan dzatiah tersebut suatu pekerjaan telah di lakukan/dikerjakan.

 Catatan: untuk maf’ul ma’ah disyaratkan harus terjadi setelah و yang berarti,” serta”, 
Contohnya Seperti; جَاءَ الْأَمِيْرُ وَالْجَيْشَ yang berarti “ telah datang raja serta balatentara”

 Dalanm pengertian ini dapat kita fahami bahwa;” kata ; الْجَيْشَ yang berarti “ balatentara” merupakan kalimat isim yang di nasabkan setelah و yang berarti “ serta,” diceritakan untuk menjelaskan satu dzatiah, yaitu اَلْأَمِيْر , bersamaan dengan dzatiah tersebut suatu pekerjaan yaitu kedatangan telah dilakukan/dikerjakan oleh balatentara (الْجَيْشَ ).  Contoh lain;’’وَاسْتَوَى الْمَاءُ وَالْخَشْبَةَ” telah sejajar air beserta kayu yang jadi ukuranya (وَأَمَّا خَبَرُ كَانَ وَأَخْوَاتِهَا وَاسْمُ إِنَّ وَأَخْوَاتِهَا فَقَدْ تَقَدَّمَ ذِكْرُهُمَا فِي الْمَرْفُوْعَاتِ) Adapun penjelasan tentang khobar lafadz كَانَ dan teman-temannya, serta penjelasan isim إِنَّ dan teman-temannya, itu telah berlalu penjelasannya dalam bab marfu’atul asma. Contoh ;’ a) كَانَ زَيْدٌ قَائِماً (untuk khobar lafadz كَانَ dan teman-temannya). b) إِنَّ زَيْداً قَائِمٌ (untuk isim إِنَّ dan teman-temannya). (وَكَذَلِكَ التَّوَابِعُ) Begitu pula kalimat – kalimat yang selalu mengikuti kalimat yang lain. ,yang terdiri dari; 1) na’at النَّعْتُ,contoh nya;” رَأَيْتُ زَيْداً الْعَالِمَ , 2) a’taf الْعَطْفُ,contoh nya;” رَأَيْتُ زَيْداً وعَمْراً. 3) taukid الْتَوْكِيْدُ,contoh nya;” رَأَيْتُ زَيْداً نَفْسَهُ, 4) badal الْبَدَلُ,contoh nya;” رَأَيْتُ زَيْداً أَخَاكَ , (فَقَدْ تَقَدَّمَتْ هُنَاكَ) Maka itu juga telah berlalu pembahasannya disana ( بَابُ مَرْفُوعَاتِ الأَسْمَاءِ )  والله سبحانه وتعالى أعلم . بَابُ مَخْفُوْضَاتِ الْأَسْمَاءِ

 Bab kalimat-kalimat isim yang di khofadkan
 (اَلْمَخْفُوْضَاتُ ثَلَاثَةٌ :
 kalimat –kalimat isim yang di khofadkan kan di tinjau dari sisi amilnya itu ada 3 bagian:
 1) مَخْفُوْضٌ بِالْحَرْفِ) نَحْوُ : مَرَرْتُ بِزَيْدٍ 1)
Kalimat- kalimat isim yang di khofadkan oleh amil yang berbertuk kalimat huruf. Seperti:’’
 مَرَرْتُ بِزَيْدٍ 2) (وَمَخْفُوْضٌ بِاْلِإضَافَةِ) نَحْوُ : جَاءَ غُلَامُ زَيْدٍ 2)

Kalimat- kalimat isim yang di khofadkan oleh amil yang berbentuk mudof (kalimat isim yang digabungkan dengan kalimat isim yang lain). Seperti:’’ جَاءَ غُلَامُ زَيْدٍ kalimat isim yang selalu mengikuti kalimat lain yang dikhofadkan, maksudnya;
 3)
 (وَتَابِعٌ لِلْمَخْفُوْضِ) نَحْوُ : مَرَرْتُ بِزَيْدٍ الْعَالِمِ ، 3)
 kalimat isim yang selalu mengikuti kalimat lain yang dikhofadkan, maksudnya; kalimat isim yang di khofadkan oleh amil yang mengkhofadkan kalimat yang dikutinya. Seperti:’’ مَرَرْتُ بِزَيْدٍ الْعَالِمِ (فَأَمَّا الْمَخْفُوْضُ بِالْحَرْفِ فَهُوَ مَا يُخْفَضُ بِمِن وَإِلَى وَعَنْ وَعَلَى وَفِي وَرُبَّ وَالْبَاءِ وَالْكَافِ وَاللَّامِ وَحُرُوْفِ الْقَسَمِ، وَهِيَ : اَلْوَاوُ، وَالْبَاءُ، وَالتَّاءُ وَ بِمُذْ ، وَمُنْذُ)

  Adapun kalimat –kalimat isim yang di khofadkan oleh amil yang berbentuk kalimat huruf yaitu; a) kalimat–kalimat isim yang di khofadkan oleh’huruf-huruf khofad/jar, yang tidak lain adalah; 1) مِنْ seperti;’’ سِرْتُ مِنَ الْبَصْرَةِ إِلَى الْكُوْفَةِ 2) إِلَى seperti;’’ سِرْتُ مِنَ الْبَصْرَةِ إِلَى الْكُوْفَةِ 3) عَنْ seperti;’’ رَمَيْتُ السَّهْمَ عَنْ الْقَوْسِ 4) عَلَى seperti;’’ رَكِبْتُ عَلَى الْفَرَسِ 5) فِي seperti;’’ اَلْمَاءُ فِي الْكُوْزِ 6) رٌبَّ seperti;’’ رُبَّ رَجُلٍ كَرِيْمٍ لَقِيْتُهُ 7) اْلبَاء seperti;’’ مَرَرْتُ بِزَيْدٍ 8) الْكَاف seperti;’’ زَيْدٌ كَالْبَدْرِ 9) اللَّام seperti;’’ اَلْمَالُ لِزَيْدٍ b)
 Dan kalimat –kalimat isim yang di khofadkan oleh huruf-huruf qosam, yang tidak lain adalah : و , ب , ت .seperti;’’ وَاللهِ، (demi ALLAH) وَبِاللهِ، (demi ALLAH) وَتَاللهِ . (demi ALLAH) . c) Dan juga kalimat isim yang di khofadkan oleh مُذُ dan مُنْذُ . seperti;’’ مَا رَأَيْتُهُ مُذُ يَوْمِ الْجُمْعَةِ ‘’ sejak hari jum’at ku tak pernah melihatnya’’ مَا رَأَيْتُهُ مُنْذُ يَوْمِ الْجُمْعَةِ ‘’ sejak hari jum’at ku tak pernah melihatnya’’ (وَأَمَّا مَا يُخْفَضُ بِالْإِضَافَةِ، فَنَحُو قَوْلِكَ : غُلَامُ زَيْدٍ)  Dan adapun kalimat kalimat isim yang di khofadkan oleh amil yang berbentuk mudof, itu seperti dalm ucapanmu;’’ غُلَامُ زَيْدٍ Catatan: Pengabungan dari satu kalimat isim kepada kalimat isim yang lainya, itu dinamakan dengan nama ‘’idofat’’ seperti contoh tadi;’’ غُلَامُ زَيْدٍ ;, kalimat isim yang pertama (غُلَامُ ) disebut mudof, dan,kalimat isim yang ke dua (’’ زَيْدٍ ) disebut mudof ilaih, sedangkan gabungannya disebut idofat; (وَهُوَ عَلَى قِسْمَيْنِ) (مَا يُقَدَّرُ بِاللَّامِ ، نَحُوْ : غُلَامُ زَيْدٍ) (وَمَا يُقَدَّرُ بِمِنْ ، نَحْوُ : ، وَبَابُ سَاجٍ، وَخَاتَمُ حَدِيْدٍ) (وَمَا أَشْبَهَ ذَلِكَ) Kalimat –kalimat isim yang di khofadkan dengan mudof ini, kalau kita lihat dari sisi makna pengertian yang tersimpan dalam gabungannya dengan mudof, mula-mula kita dapat membaginya dengan 2 bagian;
 1) ’’idofat (gabungan) yang dapat di perkirakan mengadung makna pengertian lafadz lam (ل ) limilki,[kepemilikan] seperti:
 ‘’ غُلَامُ زَيْدٍ ‘’ seorang budak belian Zaid,dapat diperkirakan dengan perkiraan’’ غُلَامٌ لِزَيْدٍ ‘’seorang budak belian yang dimiliki Zaid.
  ‘’كِتَابُ زَيْدٍ‘’sebuah buku Zaid. Dapat diperkirakan dengan perkiraan ‘’ كِتَابٌ لِزَيْدٍ ‘’ sebuah bulu yang dimiliki Zaid 2) ’’idofat (gabungan) yang dapat di perkirakan mengadung makna pengertian lafadz min (مِنْ) libayaniljinsi, seperti;
  ‘’ ثَوْبُ خَزٍّ ‘’ sebuah baju kain sutra,dapat diperkirakan dengan perkiraan’’ ثَوْبٌ مِنْ خَزٍّ ‘’sebuah baju dari jenis kain sutra.
  بَابُ سَاجٍ ‘’ sebuah pintu jati, dapat diperkirakan dengan perkiraan’’ بَابٌ مِنْ سَاجٍ ’sebuah pintu dari jenis kayu jati
.  خَاتَمُ حَدِيْدٍ ‘’ sebuah cincin besi, dapat diperkirakan dengan perkiraan’’ خَاتَمٌ مِنْ حَدِيْدٍ‘’sebuah cincin dari jenis bahan besi’’. . 3) Kemudian yang terakhir dari pembagian idofat, adalah idofat yang mengandung makna pengertian lafadz’ فِيْ seperti dalam ucapan’’
  {تَرَبُّصُ أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ} menunggu 4 bulan, yang dapat diperkirakan dengan perkiraan’’ ترَبُّصٌ فِيْ أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ menunggu dalam waktu 4 bulan. Jadi hasil kesimpulannya idofat itu ada 3 bagian; 1) idofat yang dapat di perkirakan mengadung makna pengertian lafadz min (مِنْ) libayaniljinsi 2) idofat yang dapat di perkirakan mengandung makna pengertian lafadz’’ فِيْ dzorfiyah. 3) idofat yang dapat di perkirakan mengadung makna pengertian lafadz lam (ل ) limilki. Sebagaimana yang di utarakan Imam Ibnu Malik;’’ وَالثَّانَيَ اجْرُرْ وَانْوِ مِنْ أَوْ فِيْ إِذَا * لَمْ يَصْلُحِ إِلَّا ذَاكَ وَاللَّامَ خُذَا * لِمَا سِوَى ذَيْنِكَ Adapun dobit/patokan untuk mengetahui 3 idofat itu:  untuk idofat yang dapat di perkirakan mengandung makna pengertian lafadz min (مِنْ) libayaniljinsi’’ أَنْ يَكُوْنَ الْمُضَافُ إِلَيْهِ جِنْساً لِلْمُضَافِ، ‘’ keberadaan mudof ilaihnya merupakan jenis bagi mudofnya.
  Mari kita perhatikan kembali contoh;’’ ’ ثَوْبُ خَزٍّ، ‘’kata خَزٍّ yang menjadi mudof ilaih, merupakan jenis bagi mudofnya, yaitu kata’’ ’ ثَوْبُ ‘’oleh karena itu ثَوْبُ خَزٍّ، dapat di artikan dengan pengertian;’’sebuah baju dari jenis kain sutra.’’

 untuk idofat yang dapat di perkirakan mengandung makna pengertian lafadz’’ فِي dzorfiyah.;’’ أَنْ يَكُوْنَ الْمُضَافُ إِلَيْهِ ظَرْفاً لِلْمُضَافِ ، ‘’ keberadaan mudof ilaihnya merupakan tempat/waktu bagi mudofnya. dapat Dalam contoh ‘’ تَرَبُّصُ أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ’; kata أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ’ٍ yang menjadi mudof ilaih, merupakan waktu bagi mudofnya, yaitu kata’’ ’ تَرَبُّصُ ‘’oleh karena itu  تَرَبُّصُ أَرْبَعَةِ أَشْهُرٍ’ dapat di artikan dengan pengertian;’’menunggu dalam waktu 4 bulan.’’

  untuk idofat yang dapat di perkirakan mengandung makna pemgertian lafadz lam (ل ) limilki;
’’ أَنْ يَكُوْنَ الْمُضَافُ إِلَيْهِ صَاحِبًا اَيْ مَالِكًا لِلْمُضَافِ ‘’
 keberadaan mudof ilaihnya merupakan pemilik/yang memiliki bagi mudofmya.
 Dalam contoh ‘’ كِتَابُ زَيْدٍ‘’ ’kata زَيْدٍ yang menjadi mudof ilaih, merupakan pemilik

  bagi mudofnya, yaitu kata’’ كِتَابُ ‘’oleh karena itu ‘’ كِتَابُ زَيْدٍ‘’ dapat di artikan dengan pengertian;’’sebuah buku/kitab milik Zaid.’’

 والله سبحانه وتعالى أعلم . سبحان ربّك ربّ العزّة عمّا يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله ربّ العالمين

cara kerja

Cara kerja di MBHmarket

Cara kerja di MBHmarket                                    Selamat datang dan bergabung dengan perushaan kami MBHMarket online!!!.   ...